Di tengah kesibukan dan hiruk-pikuk kehidupan modern, banyak orang merasa terjebak dalam rutinitas yang melelahkan. Stres, kecemasan, dan tekanan hidup sering kali menjadi sahabat setia. Dalam kondisi seperti ini, banyak yang berusaha mencari cara untuk meraih ketenangan dan kedamaian batin. Salah satu cara yang telah terbukti efektif bagi jutaan umat Muslim di seluruh dunia adalah sholat. Sholat bukan sekadar kewajiban agama, tetapi juga merupakan perjalanan spiritual yang mendalam, yang dapat memberikan ketenangan jiwa dan kesempatan untuk melakukan refleksi diri. Sholat juga memberikan kesempatan untuk berhenti Sejenak, merenung, dan kembali kepada sumber ketenangan yang sesungguhnya. Dalam pembahasan ini penulis menyajikan beberapa hal terkait mengapa sholat bisa dianggap sebuah kegiatan yang dapat menenangkan seseorang dalam hidupnya.
Setiap kali seseorang melangkah menuju tempat sholat, muncul perasaan yang sulit untuk diungkapkan. Momen tersebut membawa kita ke dalam sebuah dimensi di mana dunia luar seakan menghilang, meninggalkan hanya hubungan antara hamba dan Sang Pencipta. Di setiap gerakan shalat, mulai dari takbiratul ihram hingga salam, terkandung makna yang mendalam. Saat mengangkat tangan dan mengucapkan “Allahu Akbar,” kita mengingatkan diri bahwa segala sesuatu di dunia ini adalah milik Allah, sekaligus mengingatkan bahwa segala beban dan masalah yang kita hadapi dapat kita serahkan kepada-Nya.
Dalam posisi sujud, ketika dahi menyentuh tanah, rasa kerendahan hati muncul dengan sangat mendalam. Pada saat inilah banyak orang merasakan kehadiran Allah secara nyata. Dalam momen ini, semua kekhawatiran dan beban hidup tampak menguap. Sujud menjadi simbol penyerahan diri, di mana seseorang melepaskan semua masalah dan mengandalkan kekuatan yang lebih besar. Koneksi spiritual ini memberikan rasa aman dan tenang, seolah-olah ada tangan yang menopang dan membimbing setiap langkah kita. Shalat merupakan bentuk komunikasi langsung antara hamba dan Tuhannya, sebagaimana Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat Thaha : 14.
وَأَقِمِ الصَّلَاةَ لِذِكْرِي
“Dan dirikanlah sholat untuk mengingat Aku.”
Imam Jalaluddin as-Suyuthi dalam kitab Mirqatush Shu’ud ila Sunan Abi Dawud menjelaskan bahwa sholat adalah sebuah aktivitas yang memberikan kesempatan untuk beristirahat dari kesibukan duniawi yang sering memicu kecemasan dan ketidaktenangan hati. Shalat berfungsi sebagai sarana bagi seorang Muslim untuk menjauh sejenak dari hiruk-pikuk kehidupan, di mana dalam setiap gerak dan doa terdapat momen untuk bermunajat kepada Allah SWT.
Sholat memiliki ritme dan struktur yang menenangkan. Setiap gerakan mulai dari berdiri, membungkuk, hingga sujud memiliki makna dan tujuan tersendiri. Ketika seseorang melaksanakan sholat dengan penuh kesadaran, ia akan merasakan aliran ketenangan yang mengisi tubuh dan jiwanya. Gerakan yang teratur dan terukur ini berfungsi untuk menenangkan pikiran yang sering kali berlarian, menciptakan ruang bagi refleksi dan kedamaian.
Selain itu, pernapasan yang teratur selama sholat juga turut berkontribusi pada ketenangan. Setiap gerakan memberikan kesempatan untuk mengatur napas, yang secara alami dapat menurunkan tingkat stres. Saat seseorang fokus pada gerakan dan bacaan, pikiran-pikiran negatif dan kekhawatiran mulai menghilang. Ini menjadi suatu bentuk meditasi yang efektif, membantu menenangkan jiwa dan memberikan ketenangan yang mendalam. Setiap gerakan dalam sholat memiliki makna dan tujuan, Sebagaimana dalam hadis, Rasulullah SAW bersabda:
الصَّلَاةُ نُورٌ، وَالصَّدَقَةُ بُرْهَانٌ، وَالصَّبْرُ ضِيَاءٌ
“Sholat adalah cahaya, sedekah adalah bukti, dan sabar adalah sinar”. (HR. Muslim).
Sholat bukan sekadar rangkaian gerakan fisik, melainkan juga sebuah momen refleksi yang mendalam. Setiap rakaat menawarkan kesempatan untuk merenungkan kehidupan, mengungkapkan rasa syukur atas segala nikmat yang kita terima, dan memohon petunjuk-Nya. Saat mengangkat tangan dalam doa, kita diingatkan untuk tidak melupakan hal-hal positif yang ada dalam hidup kita. Di tengah kesibukan dan berbagai tantangan sehari-hari, kita sering kali terjebak dalam masalah, namun sholat mengajak kita untuk melihat keindahan dan berkah yang senantiasa menyelimuti kita.
Dengan bersyukur, kita dapat mengalihkan perhatian dari kesulitan dan menemukan kebahagiaan dalam hal-hal kecil yang sering kali terabaikan. Momen ini menjadi pengingat bahwa, meskipun kehidupan dipenuhi dengan tantangan, selalu ada alasan untuk bersyukur. Rasa syukur yang tulus ini, pada gilirannya, membimbing kita menuju ketenangan dan kebahagiaan yang mendalam. Sholat memberikan kesempatan untuk merenungkan hidup dan bersyukur atas nikmat yang telah diberikan. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah: 152.
فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ
“Ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu.”
Penelitian telah menunjukkan bahwa praktik spiritual, seperti sholat, mampu mengurangi tingkat stres dan kecemasan. Saat seseorang meluangkan waktu untuk beribadah, ia memberi kesempatan pada dirinya untuk melepaskan ketegangan serta menemukan ketenangan batin. Sholat berfungsi sebagai pelarian dari kesibukan dunia, memberikan ruang untuk bernafas dan merenung.
Banyak orang melaporkan bahwa setelah melaksanakan sholat, mereka merasakan beban yang lebih ringan dan ketenangan yang mendalam. Perasaan ini tidak hanya berasal dari aspek spiritual, tetapi juga dari efek fisiologis yang ditimbulkan oleh gerakan dan pernapasan yang teratur. Sholat berperan dalam menurunkan kadar hormon stres dalam tubuh, menciptakan suasana damai dan sejahtera. Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surat Ar-Ra’d: 28.
ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ ٱللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ ٱللَّهِ تَطْمَئِنُّ ٱلْقُلُوب
“Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram.”
Sholat merupakan sarana terunggul untuk menghadirkan solusi dalam hidup. Ia menjadi alat bagi seorang Muslim untuk memohon perlindungan dan curhat kepada Allah SWT, menghadapi berbagai kesulitan dan kesedihan, serta masalah dan kelelahan yang dialami. Dalam shalat, seseorang tidak akan merasa sendirian. Sebaliknya, ia akan merasakan dukungan dari Allah, Sang Pemilik langit dan bumi.
Ibnul Qayyim rahimahullah dalam kitab Zadul Ma’ad menjelaskan manfaat sholat dengan sangat jelas: “Sholat adalah faktor utama yang mendatangkan kebaikan di dunia maupun di akhirat, serta mengusir keburukan yang mungkin muncul di dua alam tersebut. Sholat mencegah dari perbuatan dosa, mengusir penyakit hati, mengatasi keluhan fisik, menerangi jiwa, memberikan cahaya pada wajah, menyegarkan tubuh dan ruh, menjaga kenikmatan, menghalau siksa, menurunkan rahmat, serta membuka tabir dari berbagai masalah.
Imam Ahmad bin Hambal juga menyatakan dalam Thabaqat Al-Hanabilah, “Tingkat keislaman seseorang mencerminkan seberapa banyak ia melaksanakan shalat. Kecintaannya terhadap Islam sebanding dengan kecintaannya kepada sholat. Oleh karena itu, kenalilah dirimu, wahai hamba Allah! Berhati-hatilah, karena saat engkau menghadap Allah, bisa jadi keadaanmu tidak mencerminkan kadar keislaman yang seharusnya. Sebab, kadar keislaman dalam hatimu bagaikan kadar shalat yang ada di dalam dirimu. ”
Maka dengan menjadwalkan waktu sholat dalam rutinitas harian memberikan struktur dan stabilitas yang diperlukan. Di tengah kesibukan sehari-hari, sholat berfungsi sebagai pengingat untuk sejenak berhenti, beristirahat, dan memusatkan perhatian kembali. Hal ini membantu menciptakan keseimbangan antara tuntutan duniawi dan aspek spiritual. Dengan adanya waktu yang telah ditentukan untuk beribadah, seseorang dapat mengatur waktu dengan lebih efektif. Dengan demikian kita bisa menambahkan sholat sunah sebagai rutinitas kegiatan untuk mengisi waktu luang dengan dilanjut berdzikir dan berdoa. Tanpa disadari ketika kita bisa menjalani hidup yang penuh dengan makna seperti ini niscaya kehidupan akan lebih baik dari sebelumnya.
Sumber:
- Al-Qur’an Surat Al-Baqarah: 152.
- Al-Qur’an Surat Ar-Ra’d: 28.
- Al-Qur’an Surat Thaha : 14.
- Imam Ahmad bin Hambal. Thabaqat Al-HanabilahImam
- Ibnul Qayyim rahimahullah. Zadul Ma’adImam Jalaluddin. Mirqatush Shu’ud ila Sunan Abi Dawud
Faris Bahrul Ulum (CSSMoRA Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia)