Untuk kalian yang saat ini berpikiran sama denganku, mungkin ini sedikit bisa merubah apa yang salah pada pemikiran kita.

Langit malam ini terlihat tidak begitu hitam , berwarna biru tua yang pekat, seolah-olah memantulkan kegundahan yang ada dalam hatiku. Aku berbaring diam diatas kasurku, membiarkan kesepian mengelilingi tubuhku. Di luar, hujan mulai turun perlahan dan suara lagu yang aku putar senada dengan apa yang sedang aku rasakan, dan akhirnya berhasil menciptakan suara ritmis yang makin lama makin mengisi pemikiranku yang kosong saat ini. Aku merasa terjebak dalam kesunyian, dalam kebingunganku yang semakin dalam. Sungguh, aku tidak tahu lagi harus bagaimana lagi.
Sudah bertahun-tahun aku berjuang melawan rasa lelah tanpa perlindungan dari seorang ibu, rasa yang semakin lama semakin terus tumbuh, melawan rasa takut yang tak kunjung reda, dan melawan rasa sakit yang semakin mendera. Tapi kini, aku merasa seperti aku sudah berada di ujung jalan. Semua perjuangan yang aku lakukan terasa sia-sia. Pencapaian yang pernah kuimpikan kini seolah menjadi bayangan yang semakin jauh, dan aku hanya bisa menatapnya dari kejauhan. Aku ingin menyerah, ingin berhenti, ingin melepaskan semua beban yang selama ini aku pikul. Aku ingin tahu, bolehkah aku menyerah saat ini?.
Aku menarik napas panjang, mencoba menenangkan hati yang gelisah. Pikiranku terus berputar, kembali ke pertanyaan itu: Bolehkah aku menyerah? Apakah Tuhan akan marah jika aku mengakhiri semua perjuanganku? Aku teringat pada ajaran yang sering kudengar bahwa Tuhan tidak memberikan cobaan di luar batas kemampuan umat-Nya. Tapi, apakah ini sudah melebihi batas kemampuanku? Apakah Tuhan masih melihatku dengan penuh kasih jika aku memutuskan untuk menyerah?.
Aku teringat beberapa tahun yang lalu, ketika aku pertama kali bertekad untuk mengejar impian ini. Aku penuh dengan semangat, dengan keyakinan bahwa apa yang aku inginkan adalah sesuatu yang benar dan baik. Aku berdoa, memohon agar Tuhan memberiku kekuatan dan petunjuk. Aku merasa diberkahi, yakin bahwa aku akan melewati segala rintangan yang ada.
Namun, seiring berjalannya waktu, rintangan itu semakin besar, dan aku mulai merasa kewalahan. Ujian demi ujian datang silih berganti, dan aku mulai meragukan diriku sendiri. Apakah aku benar-benar bisa melanjutkan ini? Apakah aku sudah cukup kuat? Aku bertanya-tanya apakah aku sudah salah jalan.
Suara angin semakin deras, menambah keteduhan dalam kesendirian. Aku melihat ke langit, seolah berharap bisa berbicara langsung dengan Tuhan. “Tuhan,” bisikku dalam hati, “Bolehkah aku menyerah? Aku sudah lelah… lelah sekali.”
Tiba-tiba, aku merasakan sesuatu yang tak terduga sebuah ketenangan yang datang begitu saja. Bukan jawaban langsung, bukan suara yang terdengar di telingaku, namun sebuah kedamaian yang menenangkan jiwaku. Seolah-olah ada tangan yang lembut menyentuh pundakku, memberi tahu bahwasemua perasaan rasa lelah ini, kebingungan, dan ketakutan adalah bagian dari perjalanan. “Aku tidak akan meninggalkanmu,” bisik-Nya dalam keheningan hatiku.
Aku terdiam, merenung. Ternyata, Tuhan tidak pernah meminta agar aku selalu kuat. Dia tidak menginginkan aku untuk selalu menang dalam segala hal. Tuhan hanya menginginkan agar aku terus berusaha, dan lebih dari itu, agar aku tetap dekat dengan-Nya meski dalam keadaan apa pun. Boleh jadi aku merasa lelah, boleh jadi aku merasa ingin menyerah, namun itu bukan berarti aku ditinggalkan. Justru, mungkin inilah saatnya untuk lebih mengenal Tuhan, untuk lebih mendalami makna dari setiap langkah yang aku jalani.
Aku teringat sebuah ayat yang pernah kubaca: “Jika kamu merasa lelah dan letih, datanglah kepada-Ku, dan Aku akan memberi kamu kelegaan.” Ternyata, yang Tuhan tawarkan bukanlah jawaban langsung atas kebingunganku, tetapi sebuah tempat untuk beristirahat. Sebuah tempat di mana aku bisa menyandarkan diri, melepaskan beban yang selama ini aku pikul, dan merasakan kasih-Nya yang tak terhingga. Aku menarik napas dalam-dalam. Aku masih merasa lelah, aku masih merasa bingung, tapi kini aku tahu bahwa aku tidak sendirian. Tuhan ada di sini, dan aku bisa memilih untuk bertahan, untuk terus berjalan meski langkahku terasa berat.
Bolehkah aku menyerah saat ini? Mungkin, tidak. Namun, aku boleh berhenti sejenak, memberi waktu bagi diriku untuk menyembuhkan, untuk merasakan kembali kekuatan yang datang dari dalam diriku sendiri dan dari kasih Tuhan. Tuhan tidak pernah meminta aku untuk menjadi sempurna, Dia hanya ingin aku tetap ada, tetap berjalan, dan tidak melupakan-Nya di setiap langkahku.
Suasana masih terasa sunyi, tapi aku merasa sedikit lebih tenang. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, tapi aku tahu satu hal: Aku tidak perlu tahu segalanya. Yang aku perlukan sekarang adalah iman, ketenangan, dan keberanian untuk melangkah lagi, meski perlahan. Tuhan tidak menginginkan aku untuk menyerah, tapi tuhan juga mengerti bahwa aku hanya manusia, yang kadang perlu berhenti sejenak untuk kembali menemukan arah.
“Terima kasih, ya Allah,” gumamku pelan, merasa sedikit lebih lega. “AKU AKAN TERUS BERJALAN.”
Dania Ramadani (CSMoRA Universitas Wahid Hasyim 2023)