Peran Generasi Muda Indonesia dalam Mengatasi Kesenjangan Ekonomi Masa depan

CSSMoRA – Indonesia merupakan sebuah negara yang kaya akan sumber daya yang ada. Baik itu sumber daya alam (SDA) maupun sumber daya manusia (SDM) yang ada di dalamnya.

Letak astronomis Indonesia berada pada titik 6° Lintang Utara (LU) sampai 11° Lintang Selatan (LS). Garis Bujur membelah bumi secara horizontal, dari
barat ke timur. Garis bujur disebut juga dengan garis meredien yang membatasi letak astronomis Indonesia antara 95o bujur timur (BT) – 141o bujur timur (BT). Dimana kondisi ini menyebbbabkan Indonesia berposisi tepat diapit oleh dua benua (yakni benua Asia dan benua Australia), dan benua samudera (Samudra hindia dan samudera
pasifik). Kondisi alam ini tentu dampak baik bagi Indonesia. Misalnya dalam sektor perekonomian internasional, Indonesia menjadi negara yang berada di posisi silang lalu lintas perdagangan internasional dan pelayaran hindia.


Namun, sebagaimana permasalahan negara lainnya dalam sektor ekonomi,
masih terdapat banyak masalah-masalah perekonomian yang menghantui rakyat
bumi pertiwi. Masalah-masalah tersebut dapat dikaji berdasarkan daerah-daerah kecil yang tersebar di seluruh Indonesia. Salah satunya, provinsi Jawa Timur yang dikenal sebagai pusat keuangan industri keuangan kawasan tengah dan kawasan timur.


Indonesia dengan signifikasi yang cukup tinggi yakni berkontribusi sekitar 15%
terhadap produk domestik bruto nasional. Tidak dapat dipungkiri bahwa Jawa Timur tumbuh sebagai provinsi yang berkepadatan penduduk cukup tinggi, dengan presentase pendidikan yang tidak dapat diragukan pula. Kondisi alam yang juga melimpah mampu menciptakan peluang dan pembukaan lapangan pekerjaan yang tinggi. Secara harfiah, kondisi ini memang adalah sebuah kondisi yang makmur, namun disisi lain kondisi ini memberikan masalah tersendiri atau PR tersendiri untuk pemerintah Jawa Timur dan seluruh masyarakat mengenai kesenjangan ekonomi yang terjadi.

Fasilitas mewah pemerintah dan perekonomian masyarakat tengah keatas tidak sebanding dengan atau justru berbanding terbalik dengan keadaan masyarakat yang kurang mampu dalam perekonomian dan pengelolaan sumber daya, utamanya lapangan pekerjaan.

Bukankah seharusnya kondisi perekonomian daerah yang menurut “kaca mata” publik nasional cukup tinggi mampu memakmurkan masyarakat dengan takaran yang merata?

Faktanya, masih banyak masyarakat pinggiran kota dibeberapa daerah Jawa Timur yang hidup dengan kondisi ekonomi yang jauh dieratkan dengan kata “kelayakan”. Kesenjangan ekonomi berkaitan dengan kebijakan pembangunan Indonesia yang dijalankan sejak era orde baru. Yakni ketika sasaran pembangunan diarahkan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi tinggi tanpa memperhatikan pemerataan pertumbuhan ekonomi di seluruh wilayah negeri. Sejatinya telah jadi perubahan aspek pemerataan pembangunan ekonomi ketika urutan prioritas trilogi pembangunan diubah dari pertumbuhan, pemerataan dan stabilitas menjadi pemerataan, pertumbuhan dan stabilitas, namun inti utama tumpuan pembangunan Indonesia kala itu tetap menitik pusatkan pada pertumbuhan saja (growth bukan equity). Tidak teratasinya masalah tersebut menjadi faktor terhambatnya perekonomian daerah yang menjadi tanggung jawab bersama.

Bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah daerah saja, namun seluruh elemennya serta masyarakat harus mampu bergerak bersama guna membangun dan mempertahankan perkembangan perekonomian dengan baik.

A. Permasalahan Utama Perekonomian Jawa Timur

Salah satu masalah di negeri ini adalah kesejahteraan yang tidak merata. Ketimpangan atau capaian pertumbuhan ekonomi akhir akhir ini hanya dapat dirasakan oleh kalangan atas. Sebaliknya, permasalahan ketimpangan ekonomi ini dirasakan oleh masyarakat menengah kebawah dan rakyat rakyat kecil. Fakta ini didukung oleh data jumlah penduduk miskin di daerah Jawa Timur.

Kepala BPS Jatim, Dadang Hardiwan, Selasa mengatakan, jumlah penduduk miskin di Jawa Timur pada September 2021 sebesar 4,259 juta orang, menurun 0,313 juta orang terhadap Maret 2021 dan menurun 0,326 juta orang terhadap Maret 2020. Meskipun penurunan angka kemiskinan semakin menurun, bukan berarti hal ini menjadi masalah sepele yang tidak perlu diperhatikan bersama. Angka 3 juta masyarakat miskin bukanlah angka yang kecil dalam masalah pemberantasan kemiskinan.

Kesenjangan ekonomi merupakan permasalahan yang akan terus berkembang jika tidak diatasi. Kesenjangan ekonomi juga berakibat berkepanjangan karena kesenjangan pendapatan dan pemusatan kekayaan mampu menghambat pertumbuhan jangka panjang. Jika hal ini tidak segera diatasi akan berpengaruh ke aspek kehidupan lainnya.

Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Airlangga, Rahma Gafmi menuturkan, tingkat ketimpangan di Jawa Timur masih tinggi. Hal ini berbanding terbalik dengan pertumbuhan ekonomi Jawa Timur di taraf nasional. Tercatat pertumbuhan ekonomi Jawa Timur pada 2019 sebesar 5,52 persen, sedangkan nasional 5,02 persen. Selain itu, produk domestik regional bruto (PDRB) Jawa Timur, menurut Rahma, nomor dua setelah DKI Jakarta. Tercatat PDRB Jawa Timur atas harga berlaku tahun 2019 mencapai Rp 2.352,43 triliun dan atas dasar harga konstan 2010 mencapai Rp 1.650,14 triliun. Ekonomi mengkaji kesenjangan ekonomi dalam beberapa teori. Joseph E. Stiglitz dalam bukunya The Great Devide: Unequal Societies and What We Can Do About Them menyimpulkan bahwa sesungguhnya kesenjangan ekonomi adalah sebuah “choices” (pilihan-pilihan). Peraih Nobel Ekonomi tahun 2011 ini, menyebut kesenjangan ekonomi sebagai gejala sadar yang dibentuk para elite yang sekaligus penerima manfaat paling besar dari tatanan ekonomi. Dalam karyanya, Kuncoro menyebutkan ketimpangan mengacu pada standar hidup yang relatif pada seluruh masyarakat dengan perbedaan yang cukup signifikan di dalamnya. Perbedaan ini kemudian menyebabkan tingkat pembangunan di berbagai wilayah dan daerah berbeda-beda sehingga menimbulkan gap atau ketidakmerataan sebaran kesejahteraan di wilayah tersebut.

Sejalan dengan hal itu, Budi Winarno menyebabkan bahwa ketimpangan merupakan akibat dari kegagalan pembangunan di era globalisasi untuk memenuhi kebutuhan fisik dan psikis warga masyarakat. Ditambah, Roichatul Aswidah berpendapat bahwa ketimpangan sering dipandang sebagai dampak residual dari proses pertumbuhan ekonomi.

Berdasarkan teori tersebut, dapat diartikan bahwa menghilangkan ketimpangan ekonomi di Jawa Timur terbilang sulit. Hal ini disebabkan beberapa faktor penyebab pemulihan kesenjangan perekonomian. Pertama, kondisi masyarakat Jawa Timur yang cenderung mudah menerima semua kebudayaan dan tata kelola ke masyarakat di semua sektor dan aspek kehidupan, sehingga hal ini dapat menimbulkan ketidakpedulian terhadap kondisi sekitar, lebih-lebih masalah perekonomian. Kedua, jumlah angkatan lapangan pekerjaan yang semakin menurun.

Dilansir dari situs dinas kominfo provinsi Jawa Timur yang menyebutkan sebuah data mencengangkan. Badan pusat Statistik (BPS) Jatim mencatat jumlah angkatan kerja pada Februari 2021 sebanyak 22,18 juta orang. Angka ini turun 86,34 ribu dibandingkan Agustus 2020, dan turun sebanyak 343,98 ribu orang dibandingkan Februari 2020. Namun, dari Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Februari 2021 sebesar 69,75 persen. Ketiga, angka kemiskinan yang terbailang masih tinggi.

B. Keterkaitan Dengan Aspek Kehidupan Lainnya

Kesenjangan ekonomi yang terbilang cukup tinggi akan sangat mempengaruhi aspek kehidupan masyarakat. Pertama, erat dengan kaitannya dengan angka dan faktor Kesehatan masyarakat. Karena ketimpangan atau kesenjangan yang semakin tinggi dapat semakin memberikan dampak negatif atau kerugian terhadap kesehatan perorangan maupun masyarakat luas.

Sebuah penelitian menunjukkan angka kematian bayi, kesakitan, kasus narkoba, bunuh diri, dan Kesehatan mental cenderung menurun di daerah yang berekonomi tinggi dengan ketimpangan yang rendah. Kedua, dari segi kriminalitas. Sebagaimana fakta lapangan yang kita ketahui bersama, masih banyak oknum oknum yang menghalalkan segala cara untuk memperoleh keuangan atau perekonomian yang tinggi. Misalnya mencopet, mencuri, berjudi dan masih banyak lagi. Faktanya, Berdasarkan data Bareskrim Mabes Polri, sepanjang 2021 terjadi 29.784 kasus tindak pidana di Jatim. Jumlah itu terbesar kedua setelah Sumatera Utara. Ketiga, korelasi antara ekonomi dan Pendidikan. Angka putus sekolah yang masih tinggi juga dapat dilihat pada Sebagian penduduk pinggiran dan daerah daerah kecil Jawa timur. Angka putus sekolah disebabkan oleh tingginya biaya Pendidikan dan rendahnya taraf perekonomian serta tidak ratanya jaminan gratis belajar untuk masyarakat miskin. Pertumbuhan yang tinggi diperlukan untuk memberikan lapangan kerja serta menurunkan jumlah orang miskin dan mengatasi kesenjangan kemakmuran yang semakin melebar. Keadilan antara orang miskin dengan orang kaya dalam hal memanfaatkan sumber daya yang ada harus ditegakkan .Hal – hal tersebutlah yang menyebabkan kesenjangan ekonomi memperlambat pertumbuhan perekonomian DIY. Tidak hanya dari segi ekonomi, namun sosial pun memberikan pengaruh yang besar (Kesenjangan Sosial).

C. Pentingnya Peran Generasi Muda

Sebagai penerus bangsa, generasi muda seharusnya dapat memahami konflik konflik yang ada guna membenahi berbagai persoalan yang ada. Di sinilah peran generasi muda sangat dibutuhkan, bagaimana proses pendidikan seharusnya menjadi perantara kesadaran untuk peduli terhadap isu isu sekitar.

Ketimpangan ini, jelas mencederai kesejahteraan bersama mengingat hal ini juga merupakan ketidak terwujudan Pancasila ke 5 “Keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia”. Nah, hal ini tentu menjadi PR generasi muda untuk mengetahui guna membenahinya untuk menciptakan Indonesia yang sejahtera. PENUTUP

Kesenjangan sosial terjadi akibat banyaknya rakyat miskin dan pengangguran di Indonesia. Banyaknya kemiskinan inilah yang menjadi tombak bagaimana kesenjangan sosial bisa terjadi.

Pemberantasan kemiskinan, memaksimalkan pendidikan, dan membuka lapangan kerja adalah beberapa solusi memberantas kesenjangan sosial di Indonesia. Maka diperlukan upaya dan peranan generasi muda sekarang agar terciptanya perekonomian yang lebih merata dan terstruktur.

DAFTAR PUSTAKA

Maaruf, Ahmad. 2008. Pertumbuhan ekonomi Indonesia : Dterminan dan Prospeknya. Jurnal ekonomi dan studi pembangunan. 9 (1) : 45-46 Assiddiqiyah,

Nurul. tth. Analisis Potensi Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jawa Timur. Jurnal edukasi ekonomi. 3 (2) : 12

https://usd.ac.id/mahasiswa/hmforte/2016/12/juara-3-esai/

https://kominfo.jatimprov.go.id/

https://ro-ekonomi.jatimprov.go.id/

Kontributor: M. ‘Alamul Huda, anggota CSSMoRA UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Gambar: Pinterest

Share it :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *