JEJAK KEMEGAHAN MELAYU DI TANAH RIAU YAKNI ISTANA SIAK SRI INDRAPURA

Di tepian Sungai Siak yang tenang dan dalam, berdiri kokoh sebuah bangunan bersejarah yang tidak hanya menyimpan kisah kejayaan masa lalu, tetapi juga merefleksikan identitas budaya Melayu yang kaya dan luhur. Istana Siak Sri Indrapura, seperti namanya, bukan sekadar bangunan megah, melainkan simbol peradaban, kekuasaan, dan pembaruan yang melintasi zaman.

Istana ini berdiri atas gagasan cemerlang seorang sultan yang berpikiran maju, yakni Sultan Syarif Hasyim Abdul Jalil Syaifuddin, penguasa Kesultanan Siak ke-11. Pada masa pemerintahannya, sekitar akhir abad ke-19, Sultan Syarif Hasyim memimpikan sebuah pusat kekuasaan yang mencerminkan kejayaan Melayu namun juga terbuka terhadap pengaruh modern.

Keinginan ini tidak lahir dari ruang kosong. Sebelumnya, Sultan telah melakukan perjalanan penting ke berbagai negara di Timur Tengah dan Eropa. Dalam lawatannya ke Jerman, Italia, dan Belanda, ia tak hanya menjalankan diplomasi, tetapi juga menyerap banyak inspirasi dari perkembangan arsitektur, teknologi, serta tata kelola kerajaan di dunia Barat.

Setibanya di tanah air, beliau tidak hanya membawa oleh-oleh benda atau barang berharga, melainkan membawa semangat perubahan. Ia ingin agar Kesultanan Siak tidak tertinggal oleh zaman. Maka, tercetuslah tekad untuk mendirikan istana megah sebagai simbol kebangkitan dan martabat Melayu yang setara dengan bangsa-bangsa maju.

Pembangunan istana dimulai pada tahun 1889. Dalam prosesnya, Sultan tidak hanya mempekerjakan tukang lokal, tetapi juga mendatangkan arsitek dari Eropa untuk merancang bangunan yang unik. Hasilnya, terbentuklah istana dua lantai dengan arsitektur bergaya Moor, Eropa klasik, dan sentuhan Melayu tradisional. Perpaduan ini menghasilkan desain yang tak hanya estetik, tetapi juga sarat makna budaya.

Istana tersebut kemudian dinamai Asserayah Hasyimiyah, yang berarti “Istana yang Bersinar”. Nama ini bukan tanpa makna, melainkan mencerminkan cita-cita sang sultan agar kerajaannya menjadi cahaya kemajuan di tengah dunia Melayu yang sedang bergerak menuju modernitas.

Struktur bangunan istana terbuat dari beton berkualitas tinggi dan dihiasi oleh ornamen khas. Pilar-pilar menjulang tegak dengan gaya Eropa, namun tetap berpadu dengan ukiran dan kaligrafi Islam yang menegaskan identitas Melayu-Islam sebagai ruh kerajaan.

Istana Siak tidak hanya megah di luarnya, tetapi juga menyimpan benda-benda bersejarah yang bernilai tinggi. Salah satu koleksi paling unik adalah alat musik Komet, semacam gramofon raksasa buatan Jerman yang konon hanya ada dua di dunia. Selain itu, terdapat juga singgasana kerajaan yang dilapisi emas, pakaian adat, pedang pusaka, hingga dokumentasi sejarah penting.

Ruangan-ruangan di dalam istana dirancang untuk fungsi-fungsi tertentu, mulai dari ruang tamu kerajaan, ruang musyawarah, kamar tamu kehormatan, hingga ruang penyimpanan naskah dan arsip kerajaan. Seluruh tata ruang istana menunjukkan tingkat perencanaan yang tinggi dan memperhatikan fungsionalitas sekaligus simbolisme kekuasaan.

Meskipun istana ini dibangun sebagai pusat kekuasaan kerajaan, sejarah kemudian membawa perubahan besar. Setelah kemerdekaan Indonesia diproklamasikan pada tahun 1945, Sultan terakhir Kesultanan Siak, yakni Sultan Syarif Kasim II, secara sukarela menyerahkan kekuasaannya kepada pemerintah Republik Indonesia.

Bahkan, sebagai bentuk dukungan kepada negara baru, Sultan turut menyumbangkan sebagian besar kekayaan pribadinya untuk pembiayaan awal negara. Tindakan ini menunjukkan bahwa meski berpijak pada kejayaan tradisi, Kesultanan Siak tetap menjunjung tinggi semangat kebangsaan dan persatuan.

Kini, Istana Siak Sri Indrapura tidak lagi menjadi tempat tinggal keluarga kerajaan, namun telah difungsikan sebagai museum sejarah dan kebudayaan Melayu. Pemerintah daerah merawat istana ini dengan baik, menjadikannya destinasi wisata edukatif dan ikon sejarah Riau yang mendunia.

Para pengunjung yang datang tak hanya melihat bangunan megah, tetapi juga menyelami jejak-
jejak peradaban yang pernah membentuk wajah pesisir timur Sumatra. Dari cerita tentang komet gramofon, keindahan arsitektur, hingga kisah pengabdian Sultan kepada republik, Istana Siak menyimpan banyak pelajaran tentang kebesaran dan keikhlasan.

Istana Siak Sri Indrapura bukan hanya simbol masa lalu, tetapi juga cermin bagi masa kini dan masa depan. Ia adalah pengingat bahwa kejayaan suatu bangsa tidak hanya ditentukan oleh kemegahan fisik, tetapi juga oleh nilai-nilai luhur, keterbukaan terhadap perubahan, dan keberanian untuk berkontribusi demi kepentingan yang lebih besar.

Dalam bayang-bayang sejarahnya yang panjang, istana ini tetap bersinar. Bukan karena emas yang menghiasi singgasana, tetapi karena warisan semangat pembaruan yang tak lekang oleh zaman.


Dania Ramadani (CSSMoRA Universitas Wahid Hasyim Semaranf 2023)

Share it :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *