#kabinetcasananta

Peran Istri Rasulullah dalam Menyebarkan Dakwah Islam

Menurut Zainal Abidin Al-Alawi Al-Husaini, Rasulullah memiliki 11 istri. Dua di antaranya, Khadijah binti Khuwailid dan Zainab binti Zam’ah, meninggal ketika beliau masih hidup. Sembilan istri lainnya meninggal setelah beliau wafat, yaitu Aisyah binti Abu Bakar Ash-Siddiq, Saudah binti Zam’ah, Hafsah binti Umar bin Khattab, Ummu Salamah Hindun binti Umayah, Zainab binti Jahsyi, Juwairiyah binti Al-Harits, Ummu Habibah binti Abu Sufyan, Shafiyah binti Huyay, dan Maimunah binti Al-Harits. Terkait alasan

Ketika Dada Sang Insan Kamil Dibedah

Tahukah Anda bahwa Rasulullah ﷺ ketika masih kecil pernah mengalami pembedahan dada oleh malaikat untuk diambil hatinya? Pernahkah kita membayangkan, di zaman di mana peralatan medis modern belum ada, bagaimana rasanya dibedah tanpa alat medis, apalagi tanpa bius? Peristiwa ini menjadi salah satu alasan mengapa Rasulullah ﷺ dianggap sebagai manusia paling bersih. Di tengah berbagai ujian berat yang menimpa Nabi sejak kecil—terlahir dalam keadaan yatim, hidup jauh dari kasih sayang

Meneladani Kesabaran dan Ketawadhuan Rasulullah

Rasulullah SAW adalah pemimpin umat yang sangat dihormati, bahkan cendekiawan Barat, Michael H. Hart, mencatatnya sebagai tokoh paling berpengaruh di dunia. Meskipun demikian, beliau menjalani hidup dengan sangat sederhana. Siapa sangka, sosok yang begitu dihormati ini lebih memilih menjahit sendiri pakaian yang robek daripada membeli yang baru. Diriwayatkan oleh Hisyam bin ‘Urwah, suatu ketika Siti ‘Aisyah RA pernah ditanya, “Apa yang biasa dilakukan Rasulullah SAW saat di rumah?” Aisyah menjawab,

Memulai Hidup Tenang dengan Penerapan Stoikisme dalam Buku "Filosofi Teras"

Setiap manusia pada dasarnya mendambakan ketenangan dan kebahagiaan dalam hidup. Namun, kehidupan sehari-hari sering kali tidak berjalan sesuai harapan, yang dapat menimbulkan kekhawatiran, kecemasan, emosi, bahkan stres. Dalam menyelesaikan berbagai masalah, sering kali kita dihadapkan pada kenyataan bahwa ada hal-hal yang berada di luar kendali kita. Meski demikian, terdapat cara untuk membantu mengatasi hal ini, yaitu dengan menerapkan prinsip Stoikisme seperti yang dijelaskan dalam buku Filosofi Teras karya Henry Manampiring.

Santri Sebagai Motor Penggerak Perubahan Sosial

Santri dan pesantren merupakan dua elemen penting dalam sejarah dan perkembangan Islam di Indonesia. Secara etimologi, “santri” berasal dari bahasa Sanskerta “shastri” yang berarti seseorang yang belajar kitab-kitab agama. Menurut KBBI, kata “santri” memiliki dua pengertian, yaitu: orang yang mendalami agama Islam, dan orang yang beribadah dengan sungguh-sungguh; orang yang saleh. Santri pada umumnya didefinisikan sebagai seseorang yang belajar di pesantren mengenai ilmu agama, seperti tauhid, fiqih, tasawuf, dan akhlak.

Tips Agar Organisasi Berkembang dan Bertahan Hingga ke Generasi Selanjutnya

Membangun dan mempertahankan sebuah organisasi yang kuat dan berkelanjutan membutuhkan strategi yang tepat. Berikut adalah beberapa tips penting untuk mencapai tujuan tersebut: 1. Membangun Loyalitas dan Militansi Fondasi utama dari sebuah organisasi yang kuat adalah loyalitas anggotanya. Penting untuk mencari dan mengembangkan orang-orang yang memiliki tingkat militansi tinggi terhadap visi dan misi organisasi. Anggota yang loyal akan menjadi tulang punggung organisasi, memastikan keberlanjutannya bahkan dalam menghadapi tantangan. 2. Mendorong Kerjasama

Kebahagiaan dan Kesederhanaan: Sebuah Hubungan Yang Sering Kali Terlupakan

Modernisasi sering dikaitkan dengan kemajuan dalam hal materi dan teknologi. Banyak orang percaya bahwa kebahagiaan dapat dicapai melalui kepemilikan barang-barang mewah, teknologi terbaru, dan status sosial yang tinggi. Konsumerisme menjadi bagian penting dalam kehidupan sehari-hari, di mana kebutuhan akan barang-barang material terus meningkat. Media sosial dan iklan yang terus-menerus menampilkan gambaran bahwa kebahagiaan diperoleh melalui pemenuhan keinginan materi semakin memperkuat pandangan ini. Namun, di balik kemewahan kehidupan modern, nilai kesederhanaan

Merajut Mimpi

Aku pernahMencoba menggapai sang suryaNamun tak bisaAku pernahMencoba meraih bintang berkilauanNamun tak tergenggamAku pernahMencoba mengejar harap nan jauhNamun terjatuh Berkali-kali aku mencobaNamun tetap tak bisaBerkali-kali keringatku berpeluhNamun terus terjatuhBerkali-kali aku bangkitNamun makin sakit Aku termenung,Kala tekadku berapi-apiNekatku tiada yang menandingiUsahaku tak dapat diragukan lagiNamun mengapa hanya kegagalan yang menghampiri? Sempat terlintas dalam benakkuUntuk berhenti dan menyerahTapi aku ingin dunia tahuBahwa aku bukan seorang yang lemah Kuputuskan untuk tetap berdiri tegakMerajut

Peran Pancasila dalam Membangun Toleransi Antar Umat Beragama di Indonesia

Indonesia merupakan negara yang memiliki beragam agama tersebar di seluruh pulau. Di antaranya adalah agama Islam, Kristen, Hindu, Katolik, Buddha, dan Konghucu. Keberagaman agama di Indonesia menjadi salah satu tantangan sekaligus potensi yang harus dilestarikan dengan menerapkan nilai-nilai Pancasila. Sebagaimana tercantum pada sila pertama Pancasila yang berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Tujuannya adalah untuk menciptakan kerukunan antar umat beragama dan memperkuat kepercayaan akan adanya Tuhan Yang Maha Esa. Nilai toleransi

Dari Pesantren untuk Negeri : Kontribusi santri dalam menjaga keutuhan NKRI

Sejak zaman penjajahan hingga kemerdekaan, sosok santri telah menjadi bagian integral dari masyarakat Indonesia. Peran santri dalam menjaga keutuhan NKRI sangatlah signifikan, baik secara historis maupun kontemporer. Santri telah memberikan kontribusi besar dalam berbagai aspek bernegara dan berbangsa. Secara historis, santri terlibat aktif dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Tidak hanya sebagai pejuang di medan perang, santri dan ulama juga berperan sebagai pemberi dukungan spiritual dan intelektual bagi para pejuang kemerdekaan. Tokoh-tokoh