
Cinta adalah salah satu dari sekian banyaknya hadiah yang di berikan kepada
manusia. Ia menjadi sembu kehidupan yang menjadikan dunia, melahirkan cinta, dan
menghubungkan jiwa-jiwa yang terpisah. Namun, cinta yang sesungguhnya bukan
hanya perasaan, tetapi juga spiritual yang membawa manusia lebih dekat kepada
sang pencipta. Sebangaimana Allah berfirman dalam Al-Qur’an :
هُوَ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَّفْسٍ وَّاحِدَةٍ وَّجَعَلَ مِنْهَا زَوْجَهَا لِيَسْكُنَ اِلَيْهَاۚ فَلَمَّا تَغَشّٰىهَا حَمَلَتْ حَمْلًا خَفِيْفًا فَمَرَّتْ بِهٖۚ فَلَمَّآ اَثْقَلَتْ دَّعَوَا اللّٰهَ رَبَّهُمَا لَىِٕنْ اٰتَيْتَنَا صَالِحًا لَّنَكُوْنَنَّ مِنَ الشّٰكِرِيْنَ
“Dialah yang menciptakan kamu dari jiwa yang satu (Adam) dan daripadanya Dia
menciptakan pasangannya, agar dia merasa senang kepadanya.” (QS. Al-A’raf: 189).
Firman ini menunjukkan bahwa cinta adalah fitrah yang Allah tanamkan dalam hati
setiap manusia. Ia menjadi dasar hubungan antara suami dan istri, di dalam keluarga
dan antarmanusia. Namun, cinta yang murni dan berarti itu secara tetap harus
merujuk kepada Allah sebangai sembernya.
Cinta yang datang dari Allah adalah Aal-Wadud, Maha pencipta. Cinta yang ada di
dunia ini adalah cerminan dari kasih-Nya yang sempurna. Disinilah seorang manusia
dapat di cintai karna Allah maka cinta itu penuh berkah dan akan mendorong
manusoia menuju kebaikan.
Nothing, love that is based on lust and worldly desires truly tends to break and lead to
destruction. Sebuah contoh, cinta seorang ibu merupakan cinta Allah. Ada
pengorbanan yang paling besar dari seorang ibu, mulai mengandung selama 9 bulan,
hingga merawat anaknya dengan kasih sayang sejak kecil hingga dewasa. Ini adalah
bukti bahwa cinta sejati adalah cinta yang tidak bersyarat danberasal dari rahmat
Allah.
Cinta sejati juga bertindak sebangai jalan untuk mengenal, mendekat, kepada Allah.
Dalam islam, mecintai seseorang berarti ingin terbaik untuknya, bukan hanya di dunia
tetapi juga, di akhirat. Rasulullah SAW bersabda:
عَنْ أَبِي حَمْزَةَ أَنَسٍ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – خَادِمِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: ” لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ ” رَوَاهُ البُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ
Dari Abu Hamzah Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, pembantu Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Salah seorang di
antara kalian tidaklah beriman (dengan iman sempurna) sampai ia mencintai
saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini mengajarkan bahwa cinta di bangun ataas keikhasan dan semngat memberi.
Di mana kita mencintai orang lain kerena alasan Allah, kita tidak lagi melihat
perbedaan status, hsrts, sstssu jssbstsn, tetapi lebih menitikberatkan pada hakikat
kemanusiaan yang menyatukan kita semua
Cinta kepada Allah sebangai puncak segala cinta itu adalah basis dari setiap
hubuangan yang kita miliki. Ketika jiwaku dipenuhi dengan cinta kepada Allah, semua
bentuk cinta yang lainnya akan serasi. Kita akan mencintai pasangan dengan
loyalitas, mencintai keluarga dengan pengorbanan, dan mecintai masyarakat dengan
keadilan. Ibnu Qayyim Al-Jauziyah pernah mengatakan bahwa hati manusia itu
kosong kecuali diisi oleh cinta kepada Allah. Ketika hati tersebut dipenuhi cinta di
dunia dan makhluk-Nya yang berlebihan, makanya yang dirasi adalah beraat dan
gelisah. Sebaliknya, jika hati itu diisi dengan cinta kepada Allah, iaa akan berhenti
bergetar, sebangaimana Allah berfirman dalam AL-Qur’an:
الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَتَطْمَىِٕنُّ قُلُوْبُهُمْ بِذِكْرِ اللّٰهِۗ اَلَا بِذِكْرِ اللّٰهِ تَطْمَىِٕنُّ الْقُلُوْبُۗ
“(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan
mengingat Allah. Ingatlah, bahwa hanya dengan mengingat Allah hati akan selalu
tenteram”.(QS. Ar-Ra’d: 28).
Cinta yang tulus adalah cinta Dahsyat dari Allah, cinta ini yang membawa kita kepada-Nya, cinta ini tidak terkena oleh waktu, ruang, maupun kondisi, karena ia bersumber
dari sifat Ilahi yang sempurna. Dalam hidup sehari-hari, marilah kita mencintai
sebangai serana untuk mempersembahkan, menyebarkan dan mendekatkan cinta
kepada Allah.
Sebangai hamba Allah, marilah memohon kepada-Nya agar mengaruniakan kepada
kita cinta sejati, yang membuaat dunia ini semakin indah dan pada akhirnya
menyelamatkan kita pada masa depan. Akhirnya cinta sesungguhnya adalah cinta
yang membuat kita mendapatkan keberkahan dari diri-Nya.
Oleh: Arif maulana – Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia