Harmoni Antara Tauhid dan Tradisi di Kalangan Masyarakat Banjar

Kalimantan Selatan adalah salah satu Provinsi yang terletak di Pulau Kalimantan, Banyak hal-hal menarik dari setiap sudut tempat, budaya, bahasa dan masih banyak lagi. Sayangnya hanya sedikit dari sekian banyak orang yang mengetahui fakta tersebut. Provinsi yang sering dijuluki dengan “Bumi Lambung Mangkurat” ini menyimpan begitu banyak hal-hal menarik salah satunya dari para penduduknya. Masyarakat banjar, yang menjadi warga pribumi Kalimantan Selatan terkenal dengan kearifan lokal dan menjunjung tinggi tradisi Agama yang masih sangat kental. Sebagai masyarakat yang mayoritas menganut agama Islam, mereka menjalankan ajaran-ajaran dengan penuh penghormatan serta tetap menjaga warisan budaya mereka. Masyarakat Banjar sendiri memiliki salah satu ciri khas dalam memadukan ajaran tauhid, yaitu dengan memadukan ajaran tauhid (keesaan kepada Allah) dengan berbagai macam tradisi lokal yang sudah ada sejak lama. Tradisi yang terkenal dari Masyarakat Banjar adalah Maulid (Perayaan Kelahiran Nabi Muhammad SAW) dan Haul (Peringatan wafatnya para Ulama Banjar). Kedua Tradisi ini rutin dilaksanakan setiap tahunnya dan sudah menjadi tradisi bagi masyarakat banjar. Namun kemudian muncul pertanyaan, sejauh mana tradisi tersebut berjalan sesuai dengan prinsip tauhid?

Dalam essai ini akan mengulas bagaimana Masyarakat Banjar tetap menjaga harmoni antara ajaran tauhid dengan pelestarian budaya yang sudah mereka jaga dari dulu, Serta bagaimana mereka mempertahankan prinsip tauhid sebagai landasan beragama dan utama dalam aspek kehidupan mereka, termasuk dalam tradisi Maulid dan Haul.


Tauhid dan Masyarakat Banjar

Tauhid adalah konsep dasar dalam agama Islam yang merujuk pada keyakinan dan kepercayaan terhadap Allah SWT, Tauhid adalah mengesakan tuhan dalam segala aspek kehidupan dan memurnikan diri (mengikhlaskan) dalam peribadahan kepadaNya. Tauhid sendiri merupakan inti ajaran agama Islam yang menegaskan bahwa hanya ada satu tuhan, dan hanya Allah yang berhak disembah dan dipercayai dan tidak ada satupun yang setara dengan-Nya dalam hal apapaun. Konsep tauhid sangatlah mengakar juga mendalam dalam kehidupan umat muslim baik dalam ibadah, akhlak, maupun bagaimana cara mereka berinteraksi dengan sesama.

Masyarakat Banjar, sebagai mayoritas suku di Kalimantan Selatan sangat menjunjung tinggi ajaran agama Islam, Mereka memiliki banyak budaya yang begitu erat kaitannya dengan ajaran agama Islam termasuk konsep tauhid. Agama Islam menjadi bagian integral bagi kehidupan sosial dan budaya masyarakat banjar sejak kedatangannya di abad ke-15.

Bagi masyarakat Banjar, Tauhid itu bukan hanya sekedar ajaran teologis, namun lebih dari itu, mereka menjadikan tauhid sebagai landasan atau pedoman dalam berkehidupan sehari-hari, tentang bagaimana cara mereka bersosialisasi antara satu sama lain, cara mereka beribadah bahkan mempengaruhi ritual keagamaan dan adat istiadat. Sebagai contoh kecilnya adalah tradisi maulid dan haul. Dalam tradisi ini mereka sangat menjaga keharmonian antara ajaran tauhid itu sendiri dan tradisi yang telah berlangsung sejak dulu. Mereka tetap menjaga apa yang telah diwariskan oleh nenek moyang mereka tanpa melupakan atau mengesampingkan ajaran tauhid. Masyarakat Banjar tidak hanya terfokuskan pada ibadah saja namun menyelaraskannya dengan Tradisi budaya.

Menghormati Warisan Budaya yang berakar pada nilai-nilai Agama

Masyarakat Banjar tentunya memiliki banyak tradisi juga adat istiadat yang diwariskan para leluhur turun temurun, mereka dikenal sebagai salah satu suku yang sangat menjaga juga masih kental dalam hal mempertahankan adat istiadat. Setiap tradisi biasanya memiliki tata cara khusus seperti upacara adat yang di dalamnya tersirat banyak makna dan simbolisme. Di setiap prosesi tersebut, tauhid sering kali menjadi int, contohnya dalam acara Maulid (Peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW) setelah prosesi adat dilakukan (Penyambutan keluarga) akad acara akan dilanjutkan dengan pembacaan Maulid Nabi, pembacaan do’a dan tausyiah, di mana semua rangkaian acara ini tentunya sebagai bentuk rasa syukur Masyarakat Banjar akan kelahiran Nabi Muhammad SAW. Semua rangkaian acara dilakukan untuk mengharap keberkahan, kemudahan tetapi tetap mengingat bahwa Allah SWT itu tetap tuhan yang satu dan tidak ada yang menyetarai, dan Nabi Muhammad SAW adalah seorang hamba yang diutus oleh Allah SWT untuk memberikan petunjuk bagi umatnya.

Harmoni antara Tauhid dan Tradisi Banjar

Harmoni antara Tauhid dan Tradisi masyarakat banjar sangat terlihat, mereka tetap bisa berdampingan tanpa saling bertentangan satu sama lain, sebagai contohnya adalah dalam tradisi “Maradat” (Upacara pernikahan) dan acara “Salamatan” (Acara syukuran) dalalam tradisi ini tentunya banyak elemen-elemen adat yang mengandung banyak simbolisme lokal. Tapi masyarakat banjar sadar bahwa yang paling utama dari serangkaian acara tersebut adalah berdo’a kepada Allah SWT sebagai yang maha pencipta, juga yang memberikan segala hal di muka bumi ini. Dengan do’a mengingatkan seluruh anggota keluarga dan masyarakat terhadap keesaan Allah SWT.

Bahkan dalam aspek budaya lainnya seperti dalam seni, musik dan juga sastra, nilai tauhid tidak pernah luntur, Misalnya dalam musik banjar atau syair-syair yang biasa digemakan dalam setiap acara keagamaan maupun dalam acara adat tidak luput dari pesan moral yang mengingatkan terhadap kekuasaan dan keesaan Allah SWT. Dari sini dapat kita lihat bahwa tauhid tidak hanya menjadi ajaran teologis bagi Masyarakat Banjar, tetapi telah menjadi pedoman Masyarakat Banjar dalam setiap aspek kehidupan terutama dalam hal ibadah.


Tyas Norma – CSSMoRA Unwahas 23

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *