KASIH SAYANG YANG MEMBINGKAI SEMESTA

Bercerita tentang semesta dan segala keindahannya, Aku tahu, ini tidak akan ada ujungnya. Bahkan, Ketika siapapun mencoba memindahkan semesta kedalam tulisan, sejatinya, Ia tidak benar-benar memindahkan, Ia hanya menangkap bayang-bayangnya saja.Keagungan langit dengan hamparan luasnya, adalah bentuk manifestasi dari Kebesaran Tuhan.Setiap detail dari ciptaan-Nya, dari yang terbesar hingga yang terkecil, adalah cerminan dari Kekuasaan dan Kasih Sayang-Nya. Maka, tidak cukup menjelaskannya hanya dengan sekedar rangkaian kata.

Saat kita merenungkan semesta, kita menyadari bahwa keindahan ini bukan hanya sekedar kebetulan. Ada keteraturan yang sempurna. Hukum-hukum yang mengatur kehidupan dan keberadaan, semuanya berjalan sesuai dengan kehendak Penciptanya. Ayat-ayat yang berkenaan tentang hukum-hukum alam yang diciptakan Sang Khalik sebagai tatanan yang indah, adalah bentuk representasi dari Tuhan yang mencoba menjelaskan bagaimana keindahan ini tercipta.

Dalam keteraturan dan keindahan ini, kita diingatkan bahwa Tuhan selalu hadir, mengatur segala sesuatu dengan penuh kasih. Kemudian ketika kita mau menggalinya lebih dalam, kita menemukan bahwa kasih sayang-Nya bukan hanya tercermin dalam keindahan alam, tetapi juga dalam hubungan antarsesama. Kata-Nya seperti ini: wa ja’alnakum syu’ụbaw wa qaba’ila lita’arafụ, dalam Al-Qur’an Surat Al-Hujurat Ayat 13.

Dibalik setiap perbedaan yang telah Tuhan jelaskan ini, tersembunyi makna keindahan yang menunggu untuk dipahami. Makna dari hubungan antarsesama yang Tuhan inginsampaikan lewat firman-Nya diatas adalah bahwa saling mengenal adalah cara untuk mencapai tujuan bersama. Dalam setiap interaksi yang kita jalani, ada kesempatan berharga untuk bertukar manfaat dan pengetahuan, saling isi mengisi, membuka cakrawala pemahaman bagi diri kita, pun bagi orang-orang disekitar kita.

Misalnya, ketika ada orang menempati rumah disamping rumah kita, kemudian esokhari kita menyapanya, pada akhirnya kita tidak hanya membuka pintu pertemanan saja, tetapi juga menciptakan peluang untuk saling membantu, kan? Bukan tidak mungkin tetangga tersebut memiliki keahlian yang kita butuhkan, pun sebaliknya, kita bisa dengan senang hati menawarkan bantuan dalam hal yang mereka butuhkan. “Namun, untuk terjalinnya hubungan yang saling mengisi, diperlukan sebuah pengakuan,” ungkap KH. Quraish Shihab dalam salah satu pengajiannya yang mendalami
makna Q.S. Al-Hujurat: 13.

Pengakuan ini yang kemudian melahirkan penghormatan, sehingga hubungan
antarsesama tidak hanya sekedar formalitas, tetapi menjadi jalinan yang kuat. Lita’arrafu pada
dalil diatas hanyalah muqaddimah atau jika dianalogikan seperti halnya kail untuk
mendapatkan ikan. Kita tidak akan bisa memperoleh manfaat dari orang lain ketika kita tidak
saling mengenal, tapi mengenal, mengundang kita untuk saling mengakui eksistensi bersama.

Dengan konsep yang telah Tuhan atur ini, hubungan yang terjalin bukan hanya sekedar
interaksi sosial, tetapi menjadi sumber kebermanfaatan bagi kedua belah pihak. Dengan
memahami dan menghargai perbedaan yang ada, kita bisa menciptakan komunitas yang
harmonis dan penuh kasih, selaras dengan maksud Tuhan dalam menciptakan kita sebagai umat
yang beragam.

Betapa indahnya ketika kita mampu melihat keindahan dalam setiap perbedaan yang
ada di antara kita. Seperti yang diungkapkan oleh KH. Hasyim Asy’ari, “Persatuan dalam
keberagaman adalah jalan menuju kemajuan.” Pada setiap interaksi yang kita jalin, ada
kesempatan untuk kemudian saling belajar dan tumbuh, menciptakan ikatan antarsesama yang
lebih kuat. Ketika kita menghargai keberagaman sebagai anugerah, kita tidak hanya
memperkaya diri, tetapi juga membangun komunitas yang harmonis, di mana kasih sayang
Tuhan mengalir di antara kita.


Bersambung…


Fajar Fathurahman (CSSMoRA Universitas Nahdhatul Ulama Indonesia)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *