Allah SWT telah berfirman: “Janganlah kamu mendekati zina” (QS. Al-Isra: 32). Larangan ini begitu jelas, namun sering kali diabaikan oleh sebagian manusia, bahkan dianggap lumrah di zaman sekarang. Lebih parah lagi, zina sering kali dijadikan sebagai bisnis untuk meraup keuntungan demi bertahan hidup, seolah-olah perbuatan tersebut adalah hal yang wajar.
Dalam kitab Yaqut an-Nafis karya Al-Habib Umar bin Umar As-Syatiri, zina didefinisikan sebagai masuknya khasyafah (kelamin laki-laki) ke farji (kelamin perempuan) atau segala tindakan yang mengundang syahwat. Hukuman bagi pelaku zina sangat berat. Jika pelakunya sudah menikah, maka hukumannya adalah dirajam hingga mati. Sementara itu, bagi yang belum menikah, hukumannya adalah diasingkan dari tempat tinggal selama satu tahun.
Sebagai mahasantri yang ingin menjauhkan diri dari zina dan mendekatkan diri kepada Allah, berikut beberapa tips yang dapat membantu menghindari perbuatan tercela ini:
- Selalu Ingat kepada Allah
Berdzikir kepada Allah adalah salah satu cara agar selalu mengingat-Nya. Dzikir bukan hanya dilakukan dengan lisan, tetapi juga dengan hati, pikiran, dan tindakan. Ingatlah firman Allah, “Kemanapun kamu menghadap, di sanalah wajah Allah” (QS. Al-Baqarah [2]: 115). - Ingat kepada Rasulullah Saw.
Rasulullah Saw. adalah teladan terbaik. Dengan memahami kehidupan beliau, kita akan mendapatkan banyak pelajaran berharga untuk menjalani hidup yang lurus. - Ingat kepada Orang Tua
Pikirkan bagaimana perasaan orang tua kita jika mereka tahu bahwa anak yang mereka besarkan melakukan dosa besar seperti zina. Ini bisa menjadi motivasi kuat untuk menjauhi perbuatan tersebut. - Ingat kepada Guru
Para guru telah mengajarkan kita tentang agama, termasuk makna dan konsekuensi zina. Orang yang telah mengetahui hukumnya namun tetap melanggar, maka konsekuensinya akan lebih berat. - Perbanyak Membaca Al-Qur’an
Mengisi waktu dengan membaca Al-Qur’an lebih bermanfaat dibandingkan menghabiskan waktu dengan hal-hal yang tidak berguna seperti scrolling Instagram atau TikTok.
Konsekuensi dari zina sangatlah banyak. Diriwayatkan oleh Ibnu Habban dalam kitabnya As-Tsiqat (7/574), Ibnu Umar berkata: “Jauhilah zina, karena ia akan mewariskan kefakiran.” Kefakiran ini bukan hanya berupa kekurangan harta, tetapi juga dapat berupa hilangnya ketenangan hati, ketidak harmonisan keluarga, hilangnya berkah, dan sebagainya. Salah satu syair Imam Syafi’i yang berkaitan dengan zina berbunyi: “Wahai mereka yang merampas kehormatan keluarga seseorang (dengan zina) dan menyusuri jalan kebobrokan, engkau tidak akan hidup mulia.”
Jika suatu saat kita terbesit untuk berzina, ingatlah: suatu hari kita akan memiliki keluarga dan anak. Bagaimana jika nanti keluarga atau anak kita menjadi korban zina? Karena zina adalah hutang. Dalam syairnya, Imam Syafi’i berkata: “Sesungguhnya zina adalah hutang. Jika kamu berani berhutang, tebusannya adalah anggota keluargamu.” Pahamilah makna dalam syair ini.
Ilmu yang kita dapatkan harus dibarengi dengan khasyatullah (rasa takut dan taat kepada Allah). Jika tidak ada rasa takut kepada Allah, maka kita akan mudah menyepelekan dosa. Banyak orang yang memahami agama, namun amalnya tidak sesuai dengan ilmunya. Mereka tahu bahwa shalat wajib lima kali sehari, tetapi hanya melaksanakannya sekali dalam lima hari. Mereka tahu bahwa zina haram, namun dengan berbagai alasan, mereka menghalalkannya.
Tanamkan dalam hati kita bahwa hidup di dunia sejatinya adalah perjalanan menuju akhirat. Akhirat adalah tempat pertanggungjawaban seluruh aspek kehidupan kita, termasuk ilmu, harta, dan perbuatan kita. Ketika kita meyakini bahwa semua akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah, insyaAllah kita akan lebih mudah menjauhi perbuatan tercela seperti zina.
Abduh Zamzami (CSSMoRA Ma’had Aly Sa’idusshiddiqiyah Jakarta 2022)