Tahukah Anda bahwa Rasulullah ﷺ ketika masih kecil pernah mengalami pembedahan dada oleh malaikat untuk diambil hatinya? Pernahkah kita membayangkan, di zaman di mana peralatan medis modern belum ada, bagaimana rasanya dibedah tanpa alat medis, apalagi tanpa bius? Peristiwa ini menjadi salah satu alasan mengapa Rasulullah ﷺ dianggap sebagai manusia paling bersih.
Di tengah berbagai ujian berat yang menimpa Nabi sejak kecil—terlahir dalam keadaan yatim, hidup jauh dari kasih sayang ibunya, hingga menjadi target perburuan kaum Yahudi—beliau mengalami pembedahan dada oleh malaikat.
Banyak literatur menjelaskan bahwa Rasulullah ﷺ dibedah pada usia lima tahun untuk membersihkan hatinya, agar tidak bisa dimasuki oleh setan. Bukankah Rasulullah ﷺ sudah suci? Bagaimana mungkin dada seorang anak kecil dibedah tanpa alat medis dan bius? Bagaimana rasanya? Mengapa peristiwa ini perlu terjadi?
Tercatat bahwa pembedahan ini terjadi sebanyak empat kali.
Al-Habib Umar al-Atthas berkisah, “Rasulullah ﷺ saat lahir tidak melalui farji, melainkan melalui bagian bawah pusar ibunda, kemudian perutnya terbelah, dan lahirlah sosok manusia mulia, baginda Nabi Agung Muhammad ﷺ.”
Beliau melanjutkan, “Saat kelahirannya, bayi mulia tersebut langsung bersujud kepada Allah SWT sambil bersin sebagai tanda syukur dan simbol kelahiran Nabi akhir zaman.”
Meskipun begitu, Allah SWT tetap memerintahkan malaikat untuk membedah dada Nabi Muhammad ﷺ guna membersihkan hatinya. Dijelaskan bahwa pembedahan ini terjadi berkali-kali.
Sayyid Muhammad bin Alawi bin Abbas al-Maliki al-Hasani dalam kitabnya Muhammad Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam al-Insan Al-Kamil menyebutkan bahwa pembedahan ini terjadi empat kali.
Pertama, saat Rasulullah ﷺ masih berada dalam asuhan Halimah As-Sa’diyah. Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Anas bin Malik bahwa Rasulullah ﷺ yang saat itu sedang bermain, didatangi oleh malaikat yang langsung menangkap dan membaringkannya. Teman-temannya ketakutan dan berlari ke rumah Halimah sambil berteriak, “Muhammad telah dibunuh!” Halimah yang panik segera mencari Rasulullah ﷺ dan menemukannya dalam keadaan termenung. “Wahai anakku, apa yang terjadi padamu?” tanya Halimah. Rasulullah ﷺ menjawab polos, “Aku didatangi dua orang berbaju putih yang membaringkanku, membelah dadaku, lalu mencuci sesuatu dari dalam tubuhku sebelum mengembalikannya.” Anas bin Malik pernah melihat bekas jahitan di dada Rasulullah ﷺ.
Nantinya, Rasulullah ﷺ akan mengetahui bahwa malaikat mengambil bagian hati beliau yang dapat dimasuki oleh setan, lalu mencucinya dengan air zamzam.
Kedua, pembedahan dilakukan saat Rasulullah ﷺ berusia 10 tahun, mendekati masa baligh, untuk mempersiapkan hati beliau menghadapi tugas kenabian yang berat. Tujuan pembedahan ini adalah agar hati beliau tetap murni dan terjaga dari hal-hal yang bisa mencemarkan jiwa.
Ketiga, pembedahan dilakukan saat Rasulullah ﷺ menerima wahyu kenabian. Pembedahan ini mempersiapkan hati beliau untuk menghadapi tugas dakwah yang berat dan penuh tantangan, dengan hati yang semakin kuat dan penuh kemuliaan.
Keempat, pembedahan terjadi pada malam Isra’ Mi’raj saat Rasulullah ﷺ akan bertemu dengan Allah SWT di Sidratul Muntaha. Pembedahan ini memberikan beliau kekuatan spiritual yang lebih besar lagi, sehingga Rasulullah ﷺ siap menghadap ke hadirat Ilahi.
Dari kisah-kisah ini, kita bisa menyimpulkan bahwa hati adalah pusat dari segala tindakan kita. Sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ:
ألا إن في الجسد مضغة إذا صلحت صلح الجسد كله، وإذا فسدت فسد الجسد كله، ألا وهي القلب
“Ingatlah bahwa dalam tubuh manusia terdapat segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh tubuh. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh tubuh. Ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah hati.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Hati Rasulullah ﷺ adalah hati yang paling mulia, bersih dari segala penyakit hati. Ini sesuai dengan hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Mas’ud ra, di mana ia berkata:
“Sesungguhnya Allah SWT memandang ke dalam hati seluruh hamba-Nya, dan Dia menemukan hati Muhammad ﷺ sebagai yang terbaik. Allah memilih hati tersebut untuk-Nya dan mengutusnya sebagai rasul. Kemudian Dia memandang hati seluruh hamba lagi, dan menemukan hati para sahabat sebagai yang terbaik setelah hati Rasulullah ﷺ, sehingga mereka dipilih sebagai pendamping dalam menyebarkan agama Allah.”
Figur Rasulullah ﷺ sangat luar biasa, bahkan sejak masa kecilnya. Hati beliau adalah hati yang paling lembut, paling bersih, paling kuat, paling penyayang, penuh kesabaran, serta dipenuhi dengan cahaya kenabian dan Al-Qur’an.
Dari berbagai kisah masa kecil Rasulullah ﷺ ini, kita bisa mengambil pelajaran bahwa salah satu rahasia kesuksesan dakwah beliau adalah kebersihan hati. Sebab ketika hati kita baik, tindakan dan respon kita terhadap segala sesuatu pun akan baik.
Orang yang berhati lembut akan mudah menerima kebenaran, sementara orang yang berhati keras akan sulit menerimanya. Maka, meskipun kita tidak seberuntung Rasulullah ﷺ, kita tetap harus menjaga kebersihan hati kita dengan meneladani beliau dan mengikuti ajaran-ajarannya.
Muhammad Fathul Bari (CSSMoRA Ma’had Aly Sa’idusshiddiqiyah Jakarta 2022)