SEMARANG – Di tengah kemegahan Angkor Wat yang menjulang, sekelompok mahasiswa Indonesia tengah menggali khazanah Islam di negeri yang mayoritas penduduknya beragama Buddha. Dua mahasiswa Program Beasiswa Santri Berprestasi (PBSB) Universitas Wahid Hasyim (Unwahas) menjadi bagian dari 44 mahasiswa yang mengikuti program Outbound Student Mobility 2024, menjelajahi empat negara: Malaysia, Thailand, Kamboja, dan Belgia.
Prof. Dr. Mudzakkir Ali, MA., Rektor Unwahas, menekankan pentingnya program ini. “Outbound Mobility adalah komitmen kami dalam mempersiapkan generasi muda yang siap bersaing di tingkat global,” ujarnya dengan penuh semangat. “Melalui program ini, mahasiswa tidak hanya belajar teori di kelas, tetapi juga mendapatkan pengalaman langsung tentang dinamika internasional.”
Kamboja, dengan hanya 1% penduduk Muslim, menjadi destinasi yang menarik bagi tujuh mahasiswa Unwahas, termasuk dua mahasiswa PBSB. Mereka didampingi langsung oleh Wakil Rektor Unwahas, menandakan betapa pentingnya misi ini.
Wahyudi, mahasiswa PBSB sekaligus Ketua CSSMoRA Unwahas, membagikan temuan menariknya. “Di sini, hukum Islam hanya sebatas fatwa, berbeda dengan di Indonesia yang bisa menjadi hukum positif,” jelasnya. Perbedaan ini membuka mata mahasiswa tentang variasi penerapan hukum Islam di berbagai negara.
Highlight perjalanan mereka adalah pertemuan dengan Mufti Kamboja, S.S Haji Kamaruddin Bin Yusof. Beliau membuka tabir sejarah kelam Kamboja tahun 1975 dan hubungan erat Muslim Indonesia-Kamboja.
“Pada era Pol Pot, sekitar 400.000 Muslim Kamboja dibantai,” ungkap Mufti, menggambarkan masa kelam tersebut. Namun, ia juga menceritakan kebangkitan Islam pasca era tersebut. “Kini, pemerintah memberi perhatian besar pada umat Islam, termasuk fasilitas dan hak istimewa di pemerintahan.”
Kunjungan ke Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Phnom Penh menjadi penutup yang manis. Para mahasiswa tidak hanya belajar tentang hubungan diplomatik kedua negara, tetapi juga bagaimana KBRI berperan dalam menjembatani budaya Indonesia dan Kamboja.
Program Outbound Mobility ini bukan sekadar wisata edukasi. Bagi mahasiswa PBSB dan Unwahas, ini adalah kesempatan emas untuk memahami kompleksitas hubungan internasional, khususnya dalam konteks Islam di Asia Tenggara.
“Pengalaman ini membuka mata kami tentang bagaimana Islam bisa beradaptasi dan berkembang dalam berbagai konteks budaya dan politik,” tutur salah satu mahasiswa peserta.
Dengan berakhirnya program ini, mahasiswa Unwahas kembali ke tanah air membawa lebih dari sekadar kenangan. Mereka pulang dengan pemahaman baru tentang diplomasi, toleransi, dan peran penting Indonesia dalam lanskap Islam regional.
Melalui inisiatif seperti ini, Unwahas terus membuktikan komitmennya dalam mencetak generasi muda yang berwawasan global, siap menghadapi tantangan dunia yang semakin terkoneksi.
Wahyudi (CSSMoRA Universitas Wahid Hasyim Semarang 2021)