Pendidikan merupakan lembaga utama yang memiliki peran penting dalam membangun dan menumbuh kembangkan peradaban. Pendidikan menentukan maju mundurnya suatu peradaban. Bahkan, peradaban dan kebudayaan umat manusia tidak akan pernah muncul tanpa ada lembaga yang mengarahkan manusia kearah tersebut. Karena manusia larir kedunia dalam keadaan tidak memiliki daya dan ilmu yang dapat membuatnya berkembang lebih maju.
Sejarah islam memiliki seorang tokoh yang memiliki kepeduliaan tinggi terhadap belajar, syaikh Az-Zarnuji. Dalam kitab karangannya yaitu Ta’limul Muta’allim, beliau banyak menuangkan rangkaian pengalaman dan renungannya tentang bagaimana mestinya seseorang bisa sukses belajar. Kitab Ta’limul Muta’alim inilah yang sampai sekarang menjadi referensi dasar bagi para santri.
Menurut syaikh Az-Zarnuji dalam muqaddimah Ta’limul Muta’allim menjelaskan latar belakang penyusunan kitabnya, yaitu diawali karena keprihatinan beliau terhadap kemerosotan moral para pencari ilmu dan pendidik yang dirasakan Az-Zarnuji pada saat itu, yang kini masih dirasakan bahkan jauh lebih mengkhawatirkan. Bahwa para pencari ilmu tidak mendapatkan ilmu atau dia mendapatkan ilmu tapi tidak mendapatkan kemanfaatan dari ilmu tersebut. Hal itu disebakan karena kurangnya akhlak atau adab dalam mencari ilmu.
Oleh karenanya, ilmu dan adab harus memiiliki keterpaduan sebagai isu sentral sekaligus solusi atas berbagai problematika kehidupan manusia. Hal ini menandakan bahwa tidak mungkin ilmu yang luhur akan berdiri tegak tanpa adab yang benar. Dalam kitabnya, syaikh Az-zarnuji mungutip kata-kata dari sahabat Ali r.a bahwa syarat untuk mendapatkan ilmu ada enam yaitu: kecerdasan, tamak (rakus kepada ilmu), sabar, biaya cukup, petunjuk guru (bimbingan) dan sepanjang masa. Akan tetapi enam syarat tersebut tidak terjamin untuk bisa mendapatkan manfaat ilmu kecuali saat melalui proses belajar, seorang pencari ilmu memiliki akhlak yang terpuji dan menjauhi akhlak yang tercelah.
Dalam kitab Ta’limul Muta’allim syekh Az-Zarnuji menulis beberapa pasal yang membahas materi tentang metode dan syarat dalam memperoleh keberkahan ilmu diantaranya adalah:
- Pasal Niat dalam belajar
Zarnuji menjelaskan bahwa niat adalah suatu yang sangat fumdamental dalam segala hal sebagaimana sabda Rasul “innamal a’malu bin niyyat” sesungguhnya amal itu tergantung dengan niat.
Saat menuntut ilmu seseorang hendaknya memiliki salah satu niat dari beberapa niat. Yaitu pertama, niat mencari ridha Allah. Kedua, niat menghilangkan kebodohan dari dalam dirinya dan beberapa orang lainnya. Ketiga, niat menghidupkan dan melestarikan islam. Keempat, berniat mensyukuri nikmat akal dan kesehatan badan.
Zarnuji juga menjelaskan bahwa sikap seorang ahli ilmu diantaranya adalah tidak merendahkan dirinya dengan perasaan berharap sesuatu yang tidak semestinya dan menghindari hal-hal yang dapat merendahkan ilmu dan ahli ilmu. Dan seorang ahli ilmu harus memiliki sikap rendah hati sertamenjaga diri dari perbuatan dosa.
- Pasal Selanjutnya memilih ilmu, guru, dan kesabaran dalam belajar
Yang dimaksud memilih ilmu oleh syaikh Az-Zarnuji dalam kitabnya yaitu, memilih ilmu yang dibutuhkan dalam urusan agama saat ini, kemudian ilmu yang dibutuhkan dimasa sekarang. Sementara dalam memilih guru, Zarnuji menjelaskan bahwa seorang pelajar sebaiknya memilih guru yang lebih tua. Tua disini bukan hanya tentang umur melainkan beliau memiliki kedalaman ilmu. Dan seharusnya seorang pelajar mampu memilih teman yang tekun, yaitu tidak malas, suka membuat onar, dan suka memfitnah.
- Pasal Takzim terhadap Ilmu dan ahli ilmu
Memuliakan guru sama halnya dengan memuliakan ilmu. Tidak membuat guru marah adalah salah satu hal memuliakan guru. Dalam hal ini Zarnuji menjelaskan bahwa seorang ahli ilmu tidak akan mendapatkan ilmu dan manfaatnya kecuali dengan memuliakan ilmu dan guru.
- Pasal Tekun dan semangat dalam mencari ilmu
Tekun merupakan kesungguhan hati untuk selalu bekerja keras dalam memperoleh sesuatu. Sebagai sorang pencari ilmu, sifat tekun diwujudkan dengan semangat belajar. Tekun harus disertai dengan usaha yang maksimal. Karena dalam menuntut ilmu membutuhkan sikap pantang menyerah dalam memahamii pelajaran.
- Pasal mulai belajar ukuran dan urutannya
Syaikh Imam Burhanudin menetapkan bahwa untuk memulai belajar hendaklah ia memulainya hari rabu karena di dalamnya ada keberkahan. Adapun standar belajar dalam memahami ilmu yaitu adalah dengan ia mampu memahami pelajarannya dengan cara mengulang-ngulanginya.
- Pasal Bertawakal
Seorang penuntut ilmu harus bertawakal dalam menuntut ilmu, tidak usah memikirkan urusan mencari rezeki dan menyibukan hatinya dengan urusan itu. Sebab orang yang hatinya sibuk dengan urusan rezeki maka jarang sekali dirinya meraih perkara-perkara yang mulia.
- Pasal sikap Wara’
Waro’ adalah menjaga diri dai segala sesuatu yang tidak berguna menurut agama, baik sesuatu itu mubah, makruh, apalagi haram. Berbuat wara’ akan membuat ilmu bermanfaat, proses belajar menjadi mudah, dan banyak manfaat yang didapat.
Ilmu harus dibarengi dengan sikap atau perilaku yang baik, baik terhadap guru, teman, keluarga, maupun masyarakat. Karena tanpa itu, seorang ahli ilmu tidak akan mendapatkan rasa hormat dan santun dalam interaksi sosial. Dengan demikian, menerapkan pembelajaran kitab Ta’lim dalam membentuk akhlak perlu dilakukan dimana Kitab Ta’lim Muta’allim memiliki makna menunjukan jalan atau pun cara-cara menuntut ilmu bagi para pencari ilmu. Sehingga para penuntut ilmu dapat mengahasilkan ilmu yang bermanfaat yang bisa diamalkan dan dapat menambah pahala bagi pemilik ilmu tersebut.
Konah Wulanah (CSSMoRA Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia 2023)