“Bukan sekali-kali karena kami menginginkan anak-anak perempuan menjadi saingan laki-laki dalam perjuangan hidupnya. Tapi karena kami yakin akan pengaruhnya yang besar sekali bagi kaum wanita, agar wanita lebih cakap melakukan kewajiban, kewajiban yang diserahkan alam sendiri ke dalam tangannya menjadi ibu, pendidikan manusia yang pertama.” (R.A. Kartini, 1902).
Sejarah perempuan di berbagai belahan dunia menyimpan kisah memilukan di balik keanggunan mereka. Hal ini melahirkan cerita tersendiri dalam panggung peradaban dunia, menarik tokoh-tokoh besar untuk memperjuangkan hak-hak perempuan dalam gerakan feminisme. Hingga kini, seruan untuk kesetaraan gender masih terus bergema, dengan harapan menyadarkan banyak orang bahwa perempuan memiliki hak yang setara dengan laki-laki.
Namun, perlu ditinjau ulang dan dilihat dari perspektif yang lebih luas: apakah kesetaraan gender adalah satu-satunya topik yang perlu diperhatikan dalam konteks penindasan terhadap perempuan saat ini? Banyak negara telah memberikan kebebasan kepada perempuan untuk mencapai potensi maksimal mereka. Oleh karena itu, perempuan juga perlu menilai kekuatan dan ekstensi dalam diri mereka sendiri. Terkadang, penjara bukanlah budaya patriarki, tetapi justru pernyataan dari perempuan itu sendiri yang merasa kemampuan mereka selalu berada di bawah laki-laki.
Tidak dapat dipungkiri bahwa saat ini banyak perempuan yang bijak dalam menggunakan hak-haknya. Perempuan berpendidikan tinggi berkontribusi signifikan dalam bidang teknologi dan ilmu pengetahuan, meskipun jumlahnya masih terbatas. Pencapaian ini secara bertahap akan memberikan pemahaman kepada masyarakat bahwa perempuan dan laki-laki memiliki hak yang sama dalam berkarya.
Sudah sepatutnya perempuan masa kini memahami kodrat mereka secara objektif. Tantangan yang perlu dihadapi adalah bagaimana perempuan dapat mengambil kesempatan untuk mengembangkan potensi diri dan menghasilkan karya. Jika perempuan mampu menghargai diri mereka sendiri dan membuktikan kemampuan mereka melalui karya, maka masyarakat akan menghargai mereka bukan hanya karena keberaniannya, tetapi juga karena kontribusinya yang nyata.
Perjuangan perempuan bukan hanya tentang melawan ketidakadilan, tetapi juga tentang membuktikan nilai diri melalui tindakan nyata. Dengan demikian, kesetaraan bukan lagi sekadar impian, tetapi kenyataan yang dapat dicapai melalui kerja keras dan dedikasi.
Konah Wulanah (CSSMORA Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia 2023)