Diabetes Mellitus (DM) telah menjadi ancaman kesehatan yang signifikan secara global, termasuk di Indonesia, karena prevalensinya yang terus meningkat setiap tahun. Diabetes Mellitus dan kebiasaan merokok sama-sama memberikan dampak negatif yang besar terhadap kesehatan individu dan beban ekonomi nasional. Merokok tidak hanya memperburuk kondisi diabetes, tetapi juga meningkatkan risiko komplikasi serius hingga kematian.
Menurut laporan Survei Kesehatan Indonesia pada tahun 2023, Diabetes Mellitus menempati urutan ketujuh PTM (Penyakit Tidak Menular) dengan jumlah penderita terbanyak yaitu sebesar 2,2% penduduk usia >15 tahun yang hidup dengan penyakit tersebut. Di sisi lain, data dari laporan Badan Pusat Statistik tahun 2023 menyebutkan bahwa persentase merokok pada penduduk usia >15 tahun yaitu sebesar 28,62%. Kombinasi dari tingginya prevalensi diabetes dan merokok di Indonesia menciptakan ancaman ganda yang memerlukan perhatian serius dari segala sektor.
Merokok memiliki dampak negatif yang signifikan terhadap komplikasi diabetes seperti penyakit jantung, kerusakan pembuluh darah, kerusakan saraf, dan kerusakan ginjal. Penderita diabetes dengan status perokok aktif juga memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami gangguan sirkulasi darah (infark miokard), yang dapat menyebabkan luka sulit sembuh dan meningkatkan risiko amputasi.
Kombinasi diabetes dan perilaku merokok juga meningkatkan beban ekonomi. Perawatan untuk komplikasi yang disebabkan oleh diabetes dan merokok memerlukan biaya yang sangat besar, baik dari segi biaya langsung seperti perawatan medis dan obat-obatan, maupun biaya tidak langsung seperti kehilangan produktivitas akibat penyakit dan kematian dini sehingga memberikan tekanan besar pada sistem kesehatan global dan ekonomi keluarga.
Sebagai upaya pencegahan dan pengelolaan, diperlukan kampanye kesehatan untuk meningkatkan kesadaran tentang bahaya merokok dan pentingnya gaya hidup sehat. Program yang digalakkan oleh Kementerian Kesehatan RI seperti Posbindu PTM (Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular) berfokus pada edukasi dan skrining kesehatan yang mampu mendeteksi dini risiko diabetes dan mendorong masyarakat untuk berhenti merokok.
Selain itu, pendekatan berbasis komunitas juga sangat penting. Melalui kerjasama dengan berbagai organisasi non-pemerintah, komunitas lokal, dan sektor swasta, upaya edukasi dan intervensi dini dapat lebih efektif dilakukan. Program-program seperti penyuluhan di sekolah, tempat kerja, dan komunitas lokal sangat diperlukan untuk meningkatkan kesadaran tentang bahaya merokok dan pentingnya pencegahan diabetes. Edukasi yang efektif harus mencakup informasi tentang risiko merokok, cara berhenti merokok, serta pentingnya pola makan yang sehat dan aktivitas fisik untuk mencegah diabetes.
Diabetes Mellitus dan perilaku merokok menjadi ancaman ganda bagi kesehatan masyarakat Indonesia. Peningkatan kesadaran dan edukasi tentang bahaya merokok dan pentingnya pencegahan diabetes sangat diperlukan. Upaya pencegahan dan pengelolaan yang holistik dan kolaboratif dapat membantu mengurangi prevalensi kedua kondisi ini, memberikan harapan untuk masa depan yang lebih sehat bagi masyarakat Indonesia. Dengan langkah-langkah yang tepat, dampak buruk dari diabetes dan merokok dapat diminimalkan, sehingga kualitas hidup masyarakat dapat ditingkatkan.
Elva Elfira (CSSMoRA UIN Alauddin Makassar 2021)