
Pendahuluan
Di era revolusi industri 4.0, yang dikenal juga sebagai era revolusi digital, informasi dapat diakses dengan cepat dan instan di mana pun dan kapan pun. Mesin pencari memungkinkan orang menemukan referensi yang mereka butuhkan dengan cepat. Kemajuan teknologi telah mendigitalisasi informasi dan aktivitas interaksi media. Digitalisasi ini memiliki dampak besar pada berbagai aspek kehidupan masyarakat, termasuk pendidikan. Media digital menyediakan materi pembelajaran yang interaktif, menarik, dan kontekstual.
Di abad ke-21, ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) berkembang pesat dan memberikan dampak besar bagi seluruh lapisan masyarakat dalam berbagai aspek kehidupan. Hampir semua perangkat yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari telah beralih dari manual ke digital. Oleh karena itu, abad ke-21 sering disebut sebagai abad digital. IPTEK yang berkembang saat ini mampu mengatasi keterbatasan ruang dan waktu, sehingga memberikan manfaat besar bagi kehidupan manusia. Tidak ada lagi sekat antara satu tempat dengan lainnya.
Kemajuan IPTEK dapat dimanfaatkan untuk mencari berbagai sumber belajar, melakukan penilaian, dan lainnya. Dengan kata lain, kemajuan IPTEK membawa energi positif dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Namun, kemajuan ini juga membawa dampak negatif, seperti penipuan online, informasi menyesatkan (misinformasi), dan pornografi. Untuk mengatasi dampak negatif tersebut, setiap orang yang hidup di abad ke-21 harus lebih selektif dalam memilah dan memilih informasi yang sesuai. Untuk membangun generasi emas 2045 yang berkepribadian dan terampil dalam teknologi informasi dan komunikasi (TIK), kompetensi bahasa, kompetensi budaya, kemampuan berpikir kritis dan kreatif, serta kemampuan untuk melaksanakan pekerjaan, diperlukan keterampilan digital yang memadai.
Pembahasan
Di era digital, budaya literasi berperan penting dalam membentuk pemahaman dan interaksi masyarakat terhadap informasi online. Dengan berkembangnya teknologi, literasi tidak lagi sebatas kemampuan membaca dan menulis, tetapi juga mencakup kemampuan memahami dan mengevaluasi informasi. Budaya literasi di era digital diperlukan untuk membekali individu dengan kemampuan menyaring informasi dari berbagai platform digital. Aspek-aspek budaya literasi digital meliputi kemampuan mengenali sumber informasi yang dapat dipercaya, memahami risiko dan dampak dari informasi yang tersebar, serta keterampilan berkomunikasi secara efektif melalui media sosial dan platform online lainnya. Informasi yang tersebar dengan cepat dapat mempengaruhi persepsi dan pandangan masyarakat.
Literasi adalah kemampuan seseorang untuk mengolah dan memahami informasi selama proses membaca dan menulis, meskipun definisinya terus berkembang sesuai dengan tantangan zaman. Literasi kini digunakan dalam arti yang lebih luas, termasuk dalam praktik kultural yang berkaitan dengan masalah sosial dan politik. Definisi baru literasi menunjukkan paradigma baru dalam pembelajaran dan literasi. Berbagai definisi literasi saat ini meliputi literasi media, komputer, sains, dan sekolah.
Menurut UNESCO, literasi adalah kemampuan untuk memahami, menafsirkan, membuat, berkomunikasi, menghitung, dan menggunakan bahan tulisan dan cetak dalam berbagai cara untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan seseorang serta untuk berpartisipasi secara penuh dalam komunitas dan masyarakat. Literasi digital adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan alat digital secara benar sehingga mereka dapat mengakses, mengelola, mengintegrasikan, mengevaluasi, dan menganalisis sumber daya digital untuk membangun pengetahuan baru, berekspresi melalui media, dan berkomunikasi dengan orang lain dalam situasi kehidupan tertentu untuk mewujudkan pembangunan sosial (Martin, 2008).
Menurut Paul Gilster dalam bukunya “Digital Literacy” (1997), literasi digital adalah kemampuan untuk memahami dan menggunakan berbagai jenis informasi yang berasal dari berbagai sumber yang sangat berbeda yang dapat diakses melalui piranti komputer. Literasi digital adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan keterampilan fungsional pada perangkat digital untuk berpikir kritis, berkreativitas, berkolaborasi, berkomunikasi, dan menemukan serta memilih informasi. Mereka juga dapat memperhatikan keamanan elektronik dan konteks sosial-budaya yang berkembang (Hague & Payton, 2010). Literasi digital mencakup kemampuan keterampilan teknis mengakses, merangkai, memahami, dan menyebarluaskan informasi (Bawden, 2001).
Dunia virtual telah mengubah kultur dan struktur di banyak aspek kehidupan manusia, termasuk pendidikan. Lembaga pendidikan, termasuk perguruan tinggi, mengalami perubahan signifikan. Teknologi digital yang terus berkembang memerlukan penyesuaian pada pendidikan, cara kerja, proses belajar, dan strategi belajar yang baru, terutama karena mayoritas siswa atau pembelajar sudah “melek” teknologi dan media, seperti generasi Z. Teknologi modern tidak hanya mengganggu perusahaan besar kelas dunia tetapi juga perguruan tinggi yang tidak melakukan perubahan dan menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan yang dinamis. Sumber daya manusia harus siap menghadapi masa depan, karena perubahan masyarakat akibat kemajuan teknologi membuat beberapa pekerjaan terancam hilang dan digantikan oleh pekerjaan baru.
Pendidikan digital telah menjadi kewajiban akademik di semua jenjang pendidikan di Indonesia, terutama di perguruan tinggi. Mahasiswa saat ini lebih sering menggunakan Google daripada membaca buku sebagai referensi. Internet memenuhi semua kebutuhan informasi mereka. Dengan perkembangan teknologi dan informasi, mahasiswa dari generasi masa kini telah masuk ke dunia literasi digital. Perkembangan ini diharapkan dapat membantu mahasiswa lebih baik menggunakan literasi digital dalam bidang akademik. Salah satu manfaat dari kemajuan teknologi dan informasi ini adalah siswa sekarang dapat mengakses konten akademik yang lebih canggih dengan memanfaatkan media digital yang terhubung ke jaringan internet.
Kebijakan PBB untuk pendidikan dan kebudayaan juga mencakup literasi digital. Menurut roadmap UNESCO, literasi digital merupakan bagian penting dari masa depan pendidikan. Literasi digital yang didukung oleh teknologi informasi secara koheren, merupakan dasar pengetahuan. Akibatnya, keluarga dan masyarakat memainkan peran yang sangat vital dalam membudayakan literasi digital. Sangat tidak mungkin untuk membatasi informasi dengan memblokir atau menghapus perangkat elektronik dari tangan anak-anak, karena informasi selalu dapat diakses dengan berbagai cara di internet, sehingga jejak yang ditinggalkan di internet tidak dapat dihapus.
Penutup
Kemajuan teknologi yang cepat membuat manusia sering kali tidak memiliki waktu untuk menyesuaikan diri. Kemajuan teknologi memiliki dua sisi. Di satu sisi, kemajuan ini memberikan banyak manfaat bagi manusia, seperti membantu mereka memenuhi kebutuhan sehari-hari. Di sisi lain, kemajuan teknologi memiliki efek yang lebih kompleks daripada manfaatnya, terutama terkait dengan pola hidup sosial dan budaya manusia.
Adaptasi budaya literasi di era digital mencerminkan perlunya masyarakat bertransformasi agar dapat menghadapi perubahan dramatis dalam cara kita berinteraksi dengan informasi dan teknologi. Kesimpulan yang lebih mendalam mengungkapkan kompleksitas tantangan dan peluang yang terlibat. Pertama, era digital menuntut adopsi keterampilan literasi digital sebagai pondasi utama. Kemampuan untuk menilai, memahami, dan menggunakan informasi secara kritis melalui media digital menjadi kunci untuk menghindari disinformasi dan manipulasi informasi yang semakin merajalela. Kedua, kesadaran akan etika digital menjadi aspek yang tak terelakkan. Dalam adaptasi budaya literasi, masyarakat harus memahami implikasi moral dan etika yang terkait dengan penggunaan teknologi.
Selain itu, adaptasi budaya literasi juga melibatkan integrasi teknologi secara bijak dalam kehidupan sehari-hari. Penggunaan alat digital untuk meningkatkan produktivitas, kreativitas, dan konektivitas sosial menjadi bagian integral dari transformasi ini. Namun, perlu diingat bahwa keseimbangan antara dunia digital dan kehidupan nyata perlu diperhatikan agar tidak terjadi dampak negatif pada kesejahteraan individu. Adaptasi literasi digital bukan hanya mengikuti perkembangan teknologi, tetapi juga mengubah paradigma dan sikap kita terhadap informasi. Dengan melibatkan literasi digital yang mendalam, etika, dan penggunaan teknologi yang cerdas, masyarakat dapat mengambil langkah proaktif dalam membangun budaya literasi yang relevan dan berkelanjutan di era ini.
Daftar Pustaka
Ginting, Daniel. dkk. 2021. Literasi Digital Dalam Dunia Pendidikan Di Abad ke-21.Malang: MNC Publishing.
Mashuri, chamdan. dkk. 2022. Buku Ajar Literasi Digital. Jawa Barat: PRCI.
Naufal, H.A. 2021. Literasi Digital. Jurnal Perspektif. (2)32: 196-198.
Rohman, A. Masduki A. & Dimas R. 2024. Literasi Digital: Revitalisasi Inovasi Teknologi. Jurnal Jisma. 3(1): 8
Sujana, A. Dewi R. 2019. Literasi Digital Abad 21 Bagi Mahasiswa PGSD. Jurnal Current Research In Education: Conference Series Journal. 1(1): 1-2
Veronika R. Dinda A. Cut Mega A.L. & Arinda P.S. 2021. Literasi Digital Sebagai Wujud Pemberdayaan Masyarakat Di Era Globalisasi. Jurnal Pasopati. 3(2): 119.
Rencana Tindak Lanjut KTPT CSSMoRA Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia 2023 (Arif Maulana, Belkis Nurbaiti, dan Try Mauna)