Senin, 25 Maret 2024, Kominfo Nasional CSSMoRA menggelar dialog interaktif yang mengangkat tema “Peran Perempuan dalam Dunia Literasi Digital Pesantren” melalui platform online Zoom Meeting. Dialog ini merupakan kolaborasi antara CSSMoRA dan Duta Damai Santri Jawa Timur, dengan mengundang narasumber terkemuka di bidang perempuan dan digital, yaitu Trevina Wigianiska, S.Ag, Wakil Sekretaris Umum CSSMoRA 2021/2022, dan Anis Faikatul Jannah, S.Pd., Koordinator Duta Damai Santri Jawa Timur.
Acara ini dimulai pukul 16.00 WIB, sekaligus menyambut waktu berbuka puasa bagi para sahabat yang sedang berada di Zoom Meeting. Zaki Maulana Achsan, Ketua Pelaksana Dialog Interaktif Santri Cakap Digital, dalam sambutannya menekankan pentingnya peran perempuan dalam dunia literasi digital pesantren. Dia menyampaikan bahwa perempuan memiliki hak yang sama dengan laki-laki untuk mendapatkan fasilitas dan hak, sehingga dialog ini membahas sejauh mana perempuan berperan dalam dunia literasi digital pesantren, serta mengadvokasi pentingnya keikutsertaan perempuan dalam literasi pesantren.
Faizal Amin, Ketua Umum CSSMoRA, menegaskan bahwa acara ini bukan sekadar formalitas, tetapi mengusung opini yang dapat memperkuat generasi Z. Dia menyoroti pandangan yang dapat melemahkan perempuan dalam generasi Z, di mana perempuan seringkali dianggap lemah oleh dirinya sendiri, sementara laki-laki menganggap bahwa perempuan itu kuat.
Sesi dialog interaktif dipandu oleh narasumber Erika Nurrohmah dari CSSMoRA Universitas Islam Nusantara. Narasumber pertama, Anis Faikatul Jannah, memaparkan tentang peran perempuan dalam literasi digital pesantren untuk menangkal radikalisme dan terorisme. Dia menjelaskan bagaimana literasi digital dapat mencegah penyebaran ideologi radikal serta pesantren bisa menjadi lokasi strategis untuk literasi digital.
Selanjutnya, Trevina Wigianiska menjelaskan kontribusi dan tantangan perempuan di era digital, khususnya di pesantren. Trevina menggunakan interaktif dengan kode QR untuk berinteraksi dengan peserta Zoom Meeting mengenai peran perempuan dalam pesantren. Dia menggarisbawahi bahwa perempuan dapat menjadi pendidik, pemimpin, dan inovator dalam pesantren, serta menyoroti tantangan dan peluang pendidikan pesantren di era digital.
Acara ditutup dengan sesi tanya jawab tentang peran perempuan di era digital dan di pesantren, serta pernyataan penutup dari para narasumber. Mereka menegaskan bahwa di era digital, penggunaan internet dapat menjadi pisau bermata dua, bergantung pada pemegangnya. dan juga, tidak ada batasan bagi perempuan sholihah untuk mengambil peran aktif dalam menghadapi perubahan zaman, dan dengan keberanian dan keteguhan iman, mereka dapat menjadi agen perubahan yang menginspirasi banyak orang. Acara ditutup dengan foto bersama.
Muhammad Syahrul Hasan (CSSMoRA Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia 2021)