Enam Langkah Mendekatkan Diri kepada Allah: Menuju Kehidupan Spiritual yang Lebih Bermakna

Dalam perjalanan spiritual yang dipenuhi dengan pencarian makna, tulisan ini menawarkan panduan praktis dalam enam langkah untuk mendekatkan diri kepada Allah, membimbing pembaca menuju kehidupan spiritual yang lebih mendalam dan bermakna.

1 Bangunlah di sepertiga malam, lalu sempurnakan malammu dengan melaksanakan shalat tahajjud dan witir minimal 3 rakaat. Saat itulah, suasana paling mustajab untuk berdoa kepada Allah. Sebagaimana yang disampaikan oleh Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyatakan.

ينزل ربنا تبارك وتعالى كل ليلة إلى السماء الدنيا حين يبقى ثلث الليل الآخر يقول من يدعوني فأستجيب له من يسألني فأعطيه من يستغفرني فأغفر له

“Allah Tabaraka wa Ta’ala turun ke langit dunia setiap malamnya, khususnya pada sepertiga malam terakhir. Dia berfirman, ‘Barangsiapa yang berdoa kepada-Ku, akan Aku kabulkan. Barangsiapa yang meminta kepada-Ku, akan Aku beri. Dan siapa yang meminta ampunan kepada-Ku, akan Aku ampuni.'”

Shalat malam bukan hanya sekadar ibadah, tetapi juga merupakan shalat paling afdhal setelah shalat wajib. Di waktu ini, hati dapat mencapai tingkat khusyuk dan ikhlas yang lebih tinggi, terjauh dari cengkeraman riya’. Sementara orang-orang lain tengah terlelap dalam tidurnya, hamba yang merindukan pertemuan dengan Rabbnya bangun untuk menyampaikan munajat dan doanya. Ini adalah momen berharga yang menunjukkan kesungguhan dalam mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.

2 Shalat Sunnah sebelum subuh, shalat subuh, dan dzikir setelahnya membawa keberkahan yang luar biasa. Shalat Sunnah sebelum subuh merupakan amalan yang sangat mulia; dua rakaat sebelum fajar lebih bernilai daripada dunia beserta isinya. Pikirkan betapa luar biasanya hal ini, jika shalat Sunnah sebelum subuh sudah memiliki keutamaan sebesar itu, maka tentunya shalat subuh yang merupakan kewajiban jauh lebih bernilai lagi. Hal ini diceritakan oleh ‘Aisyah, dimana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ركعتا الفجر خير من الدنيا وما فيها “Dua raka’at fajar lebih baik daripada dunia dan isinya.” (HR. Muslim no. 725).

3 Mendalami nama-nama Allah yang indah dan sifat-sifat-Nya yang agung, serta merenungkan firman-Nya adalah sebuah kegiatan yang membawa manfaat besar. Dari aktivitas ini, kita dapat mengasah semangat di dalam hati untuk mencapai pemahaman yang lebih dalam tentang hakikat nama-nama-Nya, sifat-sifat-Nya, dan maknanya.

4 Menelaah anugerah besar Allah dan limpahan nikmat-Nya adalah suatu tindakan yang membuahkan kebaikan. Hati memiliki kecenderungan untuk mencintai siapa pun yang berbuat baik kepadanya. Karenanya, Al-Qur’an seringkali mengingatkan kita akan nikmat penciptaan dan kebaikan sebagai pengingat akan betapa berharganya nikmat ini. Semakin kita memperoleh pemahaman tentang nikmat-nikmat Allah yang diberikan kepada kita, semakin besar pula kerinduan kita untuk bersyukur atas segala anugerah-Nya.

5 Menyayangkan waktu yang terbuang tanpa beribadah kepada Allah, malah dihabiskan dalam ketaatan kepada hawa nafsu, merupakan refleksi yang mendalam. Sebagaimana disebutkan, “Ketika seseorang merenungkan waktu-waktu yang terbuang, dia akan menyadari dosa-dosa yang pernah dilakukannya. Dia akan berhenti sejenak untuk memperbaikinya, menyesali dosa-dosanya, berupaya meninggalkannya, dan memohon keselamatan dengan penuh perhatian.” Perenungan ini menjadi langkah awal menuju perbaikan diri dan mendekatkan diri kepada Allah setelah menyadari betapa berharganya setiap momen yang dilewatkan.

6 Mengingat perjuangan orang-orang terdahulu sementara kita tertinggal bersama orang-orang yang malas, akan menjadi pemicu untuk berlomba dan bersaing dalam kebaikan. Semua itu merupakan perintah Allah, sebagaimana firman-Nya:

وفي ذلك فليتنافس المتنافشون

“Dan hendaklah orang-orang yang berlomba-lomba, berlomba-lomba dalam kebaikan.”

وسارعوا إلى مغفرة من ربكم

“Serta bersegeralah kamu kepada ampunan dari Rabbmu.”

Perenungan ini mengingatkan kita untuk tidak terlena dalam kemalasan, tetapi untuk aktif berusaha dan berkompetisi dalam mencapai kebaikan, sesuai dengan perintah Allah.


Ahmad Zaki Anshari (CSSMoRA UIN Wali Songo Semarang 2023)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *