Barang siapa meluruskan batinnya melalui muqarabah dan ikhlas, Maka Allah akan menghiasi lahiriahnya dengan mujahadah dan mengikuti sunah Rasulullah. (Abu Abdullah al-Harits bin Asad bin Ma’qil al-Hamdani al-Muhasibi)
Saudaraku, saat ini, orang-orang yang memiliki keistimewaan dan ketakwaan tampaknya telah ditelan bumi. Mereka seperti tersapu oleh arus waktu, sulit untuk menemukan pengganti yang sepadan. Mereka yang dikenal memiliki kearifan dan ketakwaan seolah tenggelam di dalam lapisan bumi yang tebal. Para bijak sepakat bahwa ketakwaan adalah kunci menuju kebahagiaan, baik di dunia maupun di akhirat. Ketakwaan ditandai dengan ketaatan pada segala perintah dan larangan Allah, serta membersihkan hati dari segala yang tidak disenangi-Nya. Mereka juga sepakat bahwa moral seseorang hancur ketika ia berani melanggar aturan dan perintah Allah. Sikap berani ini terlihat dari penyalahgunaan kebebasan, mengabaikan prinsip-prinsip Allah, dan terus-menerus melakukan dosa. Semoga Allah melindungi kita semua dari kesombongan yang demikian.
Antara Agama dan Nafsu
Saudaraku, saya telah lama merenungkan perilaku moral yang kita saksikan saat ini, dan sungguh, kondisinya sangat sulit. Syariat Islam tampaknya telah terabaikan, dan nilai-nilai agama perlahan memudar. Ketentuan Allah sering kali dilanggar, sementara kebenaran terlupakan dan kebatilan merajalela. Fitnah menjalar di setiap sudut, merobek nurani manusia dan mengangkat hawa nafsu sebagai penguasa. Di tengah-tengahnya, musuh Islam semakin agresif dalam upayanya. Jiwa-jiwa terasa rapuh, tak lagi peduli pada kemaslahatan. Sikap pamer dan kerinduan akan jabatan melanda semua orang, sehingga akhirat terlupakan di antara gemerlap dunia. Pola pikir dan tindakan manusia kini begitu berbeda dari para ulama terdahulu yang saleh. Saya pernah mendengar cerita bahwa seorang sahabat menyatakan, “Jika hanya satu di antara pendahulu kita yang saleh bangkit dari kubur, dan melihat para ahli Al-Qur’an yang hidup di zaman kita, saya yakin ia takkan mau berbicara dengan mereka. Bahkan, ia mungkin akan menyatakan di depan semua orang, ‘Mereka, para ahli Al-Qur’an, sama sekali tidak beriman pada hari kiamat.'”
Saudaraku, saya hanya ingin mengadukan penyalahgunaan dan pelanggaran terhadap nilai-nilai agama ini kepada Allah. Saya juga berniat untuk menyoroti penyimpangan dari jalan yang diikuti oleh para pendahulu kita. Sebuah hadis mengatakan bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Akan datang suatu zaman di mana manusia memegang agama Allah seperti memegang batu besar.” Dalam hadis lain, Rasulullah saw. menyatakan, “Orang yang tetap teguh memegang sunnahku saat nilai-nilai agama mulai memudar akan mendapatkan pahala seratus syahid.”
Saya melihat musibah besar telah merusak kekuatan dasar agama. Fitnah menjamur dan hasrat nafsu mengikat semua orang. Gejala ini membuat saya khawatir akan terjadinya pemisahan antara agama dan dunia. Seringkali, saya mendengar tentang orang yang imannya tergerus, namun mereka tidak menyadarinya. Orang-orang seperti itu masih membawa agama ketika meninggalkan rumah, namun ketika kembali, mereka meninggalkan agama itu di luar pintu. Lebih baik memperhatikan hal-hal kecil daripada mengabaikan hal-hal besar, meskipun tidak ada ruang untuk mengabaikan perintah Allah. Bahkan, kita harus lebih memilih hidup dalam kefakiran dan kekurangan daripada mengabaikan perintah-Nya. Kejahatan memiliki tingkatan. Terkadang, satu jenis kejahatan lebih merusak daripada yang lain. Menjaga perintah Allah, sekecil apapun itu, jauh lebih baik daripada mengabaikannya sama sekali. Kita pernah mendengar bahwa Rasulullah saw. bersabda kepada para sahabatnya, “Akan ada sekelompok orang yang menggantikan generasi kalian. Jika mereka dapat menjaga sepuluh persen dari apa yang kalian lakukan saat ini, mereka akan selamat.” Setiap kali saya mendengar hal itu, saya merasa terguncang. Oleh karena itu, saya merasa penting untuk menegaskan hal berikut: Jika kita tidak dapat memenuhi semua perintah Allah, itu tidak berarti kita bisa mengabaikannya sama sekali. Karena jika kita melakukannya, kita akan celaka selamanya.
Tidak Ada Alasan untuk Mengabaikan Perintah Allah
Saudaraku, kita selalu berada dalam pengawasan Allah. Oleh karena itu, sangatlah penting untuk tetap berada dalam jalur kebaikan agar kita tidak tersesat ke jalan yang salah dan tergelincir ke dalam jurang kesalahan. Jangan biarkan hawa nafsu memandu kita menjauh dari jalan kebenaran. Jangan pernah meremehkan perintah Allah, dan jangan mencoba-Nya dengan perilaku yang salah.
Saudaraku, renungkanlah kata-kata ini dengan sungguh-sungguh. Saya ingin mengingatkan kembali bahwa perintah-perintah itu harus dipatuhi tanpa pengecualian. Saya khawatir kita akan celaka jika kita mengabaikannya. Atau, kita hanya bisa berharap akan ampunan Allah yang luas dan kemurahan-Nya.
Ahmad Zaki Anshari (CSSMoRA UIN Wali Songo Semarang 2023)