Dzûn Nûn al-Mishrî, seorang sufi terkemuka yang dikenal dengan ajaran-ajarannya tentang spiritualitas, menggambarkan dosa sebagai pohon yang berbuah penyesalan dan kesedihan. Menurutnya, para ahli balaghah, yang mahir dalam berbicara dan memiliki pemahaman tentang Allah dan Rasul-Nya, seringkali menjadi penanam pohon dosa meskipun mereka menyadari dosa tersebut.
Dampak dosa terhadap jiwa sangat buruk. Dosa dapat menjadikan jiwa kotor dan terperosok ke dalam kegelapan, juga membuatnya gelisah dan tidak tenang. Bagi mereka yang telah melakukan dosa, Dzûn Nûn al-Mishrî menunjukkan adanya jalan menuju keselamatan, dan kuncinya adalah pertobatan.
Pertobatan menjadi langkah awal untuk membersihkan jiwa dari dosa. Namun, setelah bertobat, seseorang perlu melatih kesabaran dan ketakwaan. Kesabaran diperlukan untuk menghadapi ujian dan cobaan yang mungkin muncul setelah pertobatan, sementara ketakwaan menjadi kunci untuk menjauhi perbuatan dosa.
Jalan menuju keselamatan adalah perjalanan panjang dan sulit, membutuhkan perjuangan dan pengorbanan. Meskipun demikian, bagi mereka yang tekun dan sungguh-sungguh, perjalanan ini akan berakhir dengan kebahagiaan dan keselamatan.
Dampak Perbuatan Dosa
Dzûn Nûn al-Mishrî menggambarkan dosa sebagai pohon yang berbuah penyesalan dan kesedihan, tumbuh di dalam hati manusia dan menghasilkan buah yang terus menghantui jiwa—penyesalan dan kesedihan.
Dampak dosa terhadap jiwa sangat buruk. Dosa dapat menjadikan jiwa kotor dan terperosok ke dalam kegelapan. Hal ini terjadi karena dosa melibatkan perbuatan yang melawan perintah Allah, merusak hubungan manusia dengan-Nya. Ketika hubungan ini terganggu, jiwa manusia menjadi kotor dan gelap.
Selain itu, dosa juga dapat membuat jiwa menjadi gelisah. Ini disebabkan dosa bertentangan dengan fitrah manusia, yang sejatinya cenderung untuk berbuat baik dan menjauhi dosa. Melanggar fitrah ini menyebabkan luka pada jiwa, yang pada gilirannya membuat jiwa menjadi gelisah dan tidak tenang.
Jalan Keselamatan dari Dosa
Bagi mereka yang telah melakukan dosa, terdapat jalan menuju keselamatan yang dimulai dengan pertobatan. Pertobatan menjadi kunci utama untuk membersihkan jiwa dari dosa.
Pertobatan adalah proses yang dimulai dengan kesadaran bahwa kita telah melakukan dosa. Kesadaran ini menjadi pendorong untuk menyesali dosa yang telah kita lakukan. Setelah menyesali dosa, tekad harus muncul untuk tidak mengulangi perbuatan dosa tersebut. Pertobatan juga memerlukan tekad untuk memperbaiki diri, menjauhi perbuatan dosa, dan aktif melakukan kebaikan. Pengendalian terhadap hawa nafsu dan emosi juga menjadi bagian penting dari proses pertobatan.
Setelah bertobat, seseorang perlu melatih kesabaran dan ketakwaan. Kesabaran menjadi kunci dalam menghadapi ujian dan cobaan yang muncul setelah pertobatan, sedangkan ketakwaan membantu menjauhkan diri dari perbuatan dosa.
Kesabaran dianggap sebagai kekuatan yang membantu mengatasi berbagai kesulitan dalam hidup, sementara ketakwaan menjadi kekuatan pencegah dosa. Meskipun perjalanan menuju keselamatan merupakan perjalanan panjang dan sulit yang memerlukan perjuangan dan pengorbanan, bagi mereka yang bersungguh-sungguh, perjalanan ini akan berakhir dengan kebahagiaan dan keselamatan.
Ajaran Dzûn Nûn al-Mishrî
Ajaran Dzûn Nûn al-Mishrî tentang dosa dan jalan menuju keselamatan menyampaikan pesan yang sangat penting bagi kita semua. Beberapa pesan kunci yang dapat diambil dari ajarannya antara lain:
- Dosa adalah Ancaman Serius bagi Jiwa: Dosa diibaratkan sebagai pohon berbuah penyesalan dan kesedihan, tumbuh di dalam hati manusia. Hal ini menunjukkan bahwa dosa memiliki konsekuensi serius yang dapat merusak jiwa, menjadikannya kotor dan terperosok ke dalam kegelapan.
- Pertobatan sebagai Kunci Pembersihan Jiwa: Dzûn Nûn al-Mishrî menekankan bahwa pertobatan merupakan kunci utama untuk membersihkan jiwa dari dosa. Kesadaran akan dosa, penyesalan, dan tekad untuk tidak mengulangi perbuatan dosa menjadi langkah awal dalam proses pertobatan.
- Kesabaran dan Ketakwaan sebagai Kekuatan: Untuk meraih keselamatan setelah bertobat, Dzûn Nûn al-Mishrî mengajarkan bahwa kesabaran dan ketakwaan sangat diperlukan. Kesabaran membantu menghadapi ujian dan cobaan setelah pertobatan, sedangkan ketakwaan menjadi kekuatan untuk menjauhi perbuatan dosa.
Pesan-pesan ini mengingatkan kita untuk senantiasa berhati-hati dalam tindakan dan menjauhi perbuatan dosa. Pertobatan menjadi pintu untuk memperbaiki diri, dan dengan memegang teguh kesabaran serta ketakwaan, kita dapat meraih keselamatan. Sebuah pengingat berharga untuk selalu berusaha melakukan kebaikan dan bertaubat jika terlanjur melakukan dosa.
Hasil Study Mata Kuliah Tasawuf Dan Akhlak Sumber materi Kitab Mukâsyafatul Qulûb Karya Abu Hamid Al-Ghazali
Ahmad Zaki Anshari (CSSMoRA UIN Wali Songo Semarang 2023)