Mahasiswa,  Idealisme, Dan  Apatisme

Ilustrasi ( kopikiri.wordpress.com)

Mahasiswa saat ini sering diakui sebagai kaum intelektual yang memegang peranan penting sebagai “Agent of Change” atau agen perubahan. Dengan gelar tersebut, mahasiswa diharapkan mampu menginspirasi perubahan positif dalam masyarakat. Sebagai agen perubahan, mahasiswa perlu membangkitkan kesadaran akan potensi mereka dan tidak boleh berdiam diri saat menyaksikan realitas sosial. Kelompok terdidik ini diharapkan berani menantang status quo untuk membuka jalan bagi perubahan. Namun, perubahan bukanlah sekadar retorika; mahasiswa perlu beraksi nyata. Oleh karena itu, mereka harus menggenggam teguh idealisme tinggi.

Idealisme diartikan sebagai hasrat dan keinginan untuk meneguhkan pendirian atas kebenaran. Seperti yang disampaikan oleh Tan Malaka, idealisme adalah kemewahan terakhir yang dimiliki oleh pemuda. Mahasiswa dengan idealisme tinggi cenderung memiliki semangat untuk mewujudkan perubahan sosial dan politik yang lebih baik. Saat memasuki lingkungan perkuliahan, idealisme seringkali muncul ketika mahasiswa mulai mempertanyakan segala sesuatu di sekitarnya.

Indonesia, sebagai negara berkembang, menghadapi tantangan tingkat kesadaran masyarakat yang minim, khususnya dalam bidang ekonomi dan kemajuan intelektual. Hal ini menjadikan negara ini masih sebatas wacana menjadi negara maju, karena sejatinya, kemajuan sebuah negara bergantung pada kemajuan masyarakatnya.

Oleh karena itu, mahasiswa sebagai agen perubahan harus mempertahankan idealisme tinggi dan selalu mengupdate permasalahan yang terjadi saat ini. Mereka tidak boleh menjadi mahasiswa yang apatis. Mahasiswa yang apatis hanya fokus pada perkuliahan tanpa peduli terhadap isu-isu di sekitarnya, baik di masyarakat, kampus, maupun negara. Untuk menjadi masyarakat yang baik dan maju, kontribusi dalam setiap kegiatan kampus bisa menjadi langkah awal dalam membangun kesadaran idealisme. Ingat, kita bukan donat yang akan berkembang hanya dengan berdiam diri.

Seperti yang dikatakan oleh Bung Karno, “Tuhan tidak akan mengubah nasib suatu bangsa sebelum bangsa itu mengubah nasibnya sendiri.” Mari kita bersama-sama menjadi agen perubahan yang membawa perbedaan positif bagi bangsa dan masyarakat.


Hukma kaulan Karima (CSSMoRA Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia 2023)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *