Entah bagaimana saya harus mengawali tulisan ini, rencananya saya ingin menulis tentang Palestina, sesuai judul yang difokuskan pada pengumuman yang disebarkan. Namun baru membayangkannya saja hati ini terasa teriris dan jari-jari kelu untuk menuliskannya. Bagaimana saya bisa menggambarkan pembantaian dan jerit tangis anak-anak nun jauh di Ghaza sana, kehancuran, kematian, desing rudal dan suara meledaknya bangunan-bangunan, sungguh pilu membayangkan kepedihan yang mereka alami.
Pada tulisan ini saya hanya akan mereview kembali obrolan dengan teman-teman CSSMoRA MAKJ kemarin malam, tepat malam Jum’at tanggal 2 November 2023. Awalnya teman saya bertanya tentang kenapa kita harus membaca yasin pada malam jum’at?(ia bertanya karena kami baru saja selesai yasinan kamar seperti malam Jum’at biasanya) entah kenapa ia baru bertanya malam kemarin padahal sudah bertahun-tahun kita yasinan begini. Saya hanya menjawab gurau waktu itu, bahwa “selain ini adalah amalan Nadhliyin, saya meyakini do’a-do’a itu akan sampai”, ia tampak tak puas, teman saya yang satu ini memang belakangan sedang sering menanyakan sagala hal yang berkaitan dengan agama, bahkan pernah saat bertemu seorang Romo(pemuka agama Katolik) di Bandung, ia bertanya “kenapa dulu di zaman Nabi, orang Nasrani tak percaya Nabi Muhammad, padahal dalam kitab mereka dijelaskan tentang Nabi akhir yang bernama Ahmad?”. Ya, seperti saat ini, saat kita yasinan ia bertanya begitu rupa, setelah saya jawab ia bertanya lagi, “apa buktinya kalau do’a itu sampai?” “buktinya do’anya gak balik lagi” jawab teman yang lain dan berhasil membuat semua tertawa.
Di kesempatan kongkow-kongkow menunggu adzan Isya itu saya menyempatkan bertanya, “kenapa ya, Israel gak berhenti menyerang Ghaza padahal sudah dikecam banyak negara, bahkan di forum PBB sekalipun?” ini karena saat sore sebelum Maghrib dan yasinan, saya melihat postingan Instagram yang menampilkan keganasan Israel memborbardir kota Ghaza, teman saya si Kritis Ajaran menjawab remeh “jangankan PBB, disuruh Nabi dan Tuhan saja mereka membangkang..” saya mengernyitkan dahi tak mengerti arah jawabannya, “maksudnya?” tanya saya, dia kemudian menjelaskan apa yang ia dapat dari tausiyah Ustad Abdul Somad tentang Bani Israil, “Israil itu nama lain Nabi Ya’qub, Nabi Ya’qub punya anak paling besar namanya Yahuda, dua paling kecil Nabi Yusuf dan Bunyamin, nah, anak keturunan Yahuda inilah yang nanti kemudian disebut Yahudi, kau tahu sendiri bagaimana saudara-saudara Nabi Yusuf ketika iri pada kasih sayang lebih ayah mereka terhadap dua saudara kecilnya, sampai membuang Nabi Yusuf ke sumur, kan? bagaimana tidak kejam loh, saudara sendiri dibuang berencana, itu cuma gara-gara iri doang!” ia berapi-api menerangkan pada kami, “Kalau kau membaca al-Qur’an, kau pasti tahu cerita Bani Israil, nah, yang disebut Bani Israil itu semua keturunan Nabi Ya’qub” terangnya, kami mendengarkan dengan seksama, ia kemudian melanjutkan setelah mengedar pandangan ke sekitar pendengarnya, “Waktu jaman Nabi Musa, kau pasti tahu bagaimana Bani Israil terus menerus menyangkal Nabi Musa, padahal berbagai mukjizat sudah diperlihatkan, mereka tetap enggan beriman pada Allah dan Nabi Musa, mereka memenangkan dengan mengucapkan, “wahai Musa, sungguh kami tak akan beriman sampai kami diperlihatkan Allah secara nyata, bayangkan!, setelah diselamatkan Allah dari perih dan payahnya diperbudak oleh Fir’aun bertahun-tahun lamanya, setelah Allah selamatkan mereka dari pengejaran Fir’aun dengan dibelahnya laut merah untuk mereka lewat dengan wasilah tongkat Nabi Musa, setelah itu semua mereka tetap membangkang tak mau beriman kecuali kalau diperlihatkan Allah secara Zahroh(nyata).” Entah kenapa, mendengar penjelasannya otak saya bekerja keras menyambung-nyambung cerita itu, padahal sudah lama saya tahu kisah-kisah yang diceritakannya, tapi rasanya berbeda kali ini, seolah saya baru mendengarnya, sungguh.
“nah, kalau kau baca lagi sejarah, umat Yahudi di Germany dulu bernasib pedih juga, saat masa rezim Adolf Hitler, Yahudi ketika itu benar-benar dibantai, ditangkap, dipenjara, disiksa, bahkan ada tempat khusus penyiksaan mereka untuk dibunuh ramai-ramai. Yahudi tercerai-berai dan mengungsi ke negara-negara yang aman dari jangkauan NAZI, dan yang perlu kau tahu, negara yang paling banyak menampung para pengungsi itu justru adalah Palestina!” saya sempat terkejut mendengar informasi yang satu ini, ia melanjutkan lagi, “jika kau sambungkan sendiri cerita-ceritaku tadi, kau akan paham dan sadar bahwa pembangkangan yang Israel lakukan saat ini, tidak aneh! karena dari dulu sifat mereka memang begitu, setelah diselamatkan Allah lewat Nabi Musa dari perbudakan Fir’aun mereka membangkang, setelah dibantu Allah lewat perantara Palestina mereka malah merebut tanahnya, disuruh beriman mereka tak mau, disuruh menghentikan serangan mereka enggan.”
Ah, entah, di sini sekali lagi saya hanya mereview obrolan saya dan teman-teman kemarin. Cerita ini hanya sekedar kembali mengingatkan sejarah Bani Israil dari masa ke masa, penting atau tidak, benar atau tidak, saya hanya ingin menuliskan ini.
Ahmad Zainul Millah (CSSMoRA MA Kebon Jambu 2020)