Sudahkah Kita Sebagai Masyarakat Mencerdaskan Diri Untuk Mengawal Pemilu 2024 Nanti?

Akhir-akhir ini percaturan politik tanah akhir tengah digemparkan dengan berita bertolaknya manuver politik Jokowi dari partai jangkarnya. Dilansir dari youtube Kompas TV pada tanggal 26 Oktober 2023 guru besar Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin bapak Profesor Hamid Awaluddin mengatakan bahwa dalam persoalan politik ataupun dalam hal apapun itu tetap menggunakan etika. Ironisnya status Gibran sebagai kader PDI Perjuangan hingga ia mendaftar ke KPU masih belum jelas, apakah ia masih kader PDIP yang telah mengantarkannya dan keluarganya sampai di titik ini, atau sudah berpindah ke partai GOLKAR. Tidak ada kata pamit, namun tiba-tiba melejit.

Hal tersebut dinilai melukai keberadaan partai yang telah membesarkannya demi membangun dinastinya sendiri. Berbicara mengenai dinasti, sebenarnya tidak ada yang salah mengenai keberadaan dinasti politik selama melalui mekanisme yang benar dan mendapatkan legitimasi dari rakyat. Menyoal politik artinya juga berbicara tentang proses yang panjang. Politik adalah investasi sosial dimana kita dapat melakukan kontribusi untuk meninggalkan rekam jejak yang akan menjadi pertimbangan publik untuk mempercayai kita atau tidak dimasa yang akan mendatang.

India dengan perdana mentri pertamanya Jawaharlal Nehru telah membangun dinasti Nehru-Gandhi. Diangkatnya Indira Gandhi putri Jawaharlal Nehru menjadi Perdana Mentri ke-empat dilanjut dengan Rajiv Gandhi yang menjadi perdana mentri ke tujuh menunjukkan bahwa keberlangsungan dinasti juga terjadi dibanyak negara dan dianggap sebagai sesuatu yang sah. Dan mereka semua naik ke parlemen setelah orang tua mereka tiada. Yang bermasalah disini adalah ketika dalam suatu dinasti terdapat suatu proses yang tidak wajar dan dipersoalkan oleh publik. Artinya pemerintah harus sebisa mungkin menghilangkan kecurigaan rakyat atas terjadinya abuse of power atau biasa kita kenal dengan penyalahgunaan kekuasaan yang dilakukan oleh keluarga calon anggota eksekutif pemerintahan dalam rangka menjaga dinasti keluarga mereka.

Namun, dalam pemilihan Perdana Mentri India disebutkan bahwa keseluruhannya memiliki social capital atau kemampuan, kepercayaan yang muncul dan telah terbangun di masyarakat. Sedangkan yang menjadi pertanyaan dalam konteks kita saat ini adalah apakah pasangan capres dan cawapres yang akan kita pilih telah memiliki kemampuan dan pengalaman yang mumpuni? atau kita memilih hanya karena suka senyumnya? Terbuai akan janji manisnya? Agamanya? Atau ideologi politiknya? Sudahkah kita melihat track record mereka sebelumnya? Bagaimana kemampuannya dalam menangani suatu persoalan? Bagaimana sikapnya dalam mengambil kebijakan di situasi yang genting? Pernahkah ia membawa rakyatnya ke arah yang lebih baik?

Yang menjadi kritikan politik saat ini meminjam dari istilah yang disebutkan oleh yusuf kalla wakil presiden ke-10 dan ke-12 tentang bahayanya politik sayang anak dan ancaman yang ujungnya adalah penjara, hukum dijadikan alat untuk kemenangan. Disinilah tugas rakyat yang sebenarnya tidak akan pernah selesai. Tugas rakyat yang mengawal pemerintahan agar sesuai dan pada jalur konstitusi yang benar. Kembali pada realita kita sekarang, masih banyak program-program besar pemerintahan yang belum selesai. Pada akhirnya memang semuanya kembali pada rakyat. Namun apakah pernyataan itu sepenuhnya benar? Bagaimana rakyat memilih jika pilihannya tidak ada dalam tawaran elit partai? Pada akhirnya kita hanya memilih pilihan yang ada. Kita tidak benar-benar memilih orang yang ingin kita pilih. Kita hanya diperbolehkan untuk memilih kader yang telah ditawarkan oleh elit partai dan demi kepentingan partai pula.

Maka dari itu, mari cerdas dalam memilih, mari kita telusuri kembali track record orang yang akan kita pilih. Apakah kepentingannya sesuai dengan kepentingan kita sebagai rakyat? Apakah memungkinkan membawa bangsa ini ke arah maslahat? Kan repot juga kalau memilih pemimpin yang beda kepentingan dengan rakyat. Bisa jadi rakyat akan diabaikan nasibnya 5 tahun kedepan.


Triyana R (CSSMoRA MA Kebon Jambu 2020) 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *