Biografi Singkat Buya Hamka

CSSMoRA – Prof. Dr. H. Abdul Malik Karim Amrullah yang populer dengan nama penanya “Hamka” lahir pada tanggal 17 Februari 1908 M/ 13 Muharram 1326 H di sungai Batang, Kabupaten Agam, Sumatra Barat.
Buya Hamka merupakan anak pertama dari empat bersaudara, pasangan dari Abdul Karim Amrullah “Haji Rasul” dan Syafiah yang merupakan adik istri pertama Haji Rasul, Raihana yang meninggal di Makkah, dia melahirkan seorang anak bernama Fatimah yang merupakan kakak tiri Buya Hamka. Adik-adik Buya Hamka bernama: Abdul Kudus, Asma dan Abdul Mu’thi.


Beliau belajar membaca Al-Qur’an di bawah bimbingan kakak tirinya, Fatimah. Memasuki usia 7 tahun beliau masuk ke sekolah desa pada tahun 1916. Lalu setelah 3 tahun, beliau berhenti dari sekolah desa dan dimasukkan ayah ke Thawalib, sekolah yang mewajibkan muridnya menghafal kitab-kitab klasik, kaidah nahwu dan shorof.


Sejak kecil Hamka sangat gemar membaca, sejak gurunya Zainuddin Labay El Yunusy membuka perpustakaan penyewaan buku, beliau sering menghabiskan waktu untuk membaca. Pada usia 16 tahun beliau memutuskan untuk merantau ke pulau Jawa, perhentian pertamanya adalah di Yogyakarta, di sana ia bertemu dengan pak eteknya atau adik ayahnya, Ja’far Amrullah. Di sana beliau belajar dengan Ki Bagus Hadikusumo, Haji Omar said Cokroaminoto, Suryopranoto dan H. Fakhruddin.


Setelah enam bulan di Yogyakarta, ia melanjutkan perjalanan ke Pekalongan, di sana ia bertemu dengan kakak iparnya Ahmad Rasyid Sutan Mansur. Dari kakak iparnya, beliau mendapat kesempatan mengikuti berbagai pertemuan Muhammadiyah dan berlatih pidato di depan umum serta mengukuhkan tekadnya untuk terjun di bidang dakwah.

Pada awal februari 1927,bersama para jama'ah haji ia berangkat menuju  Makkah untuk belajar sekaligus menunaikan ibadah haji. Setelah berapa lama di Makkah ia sempat ingin menetap di Makkah,namun setelah pertemuan nya dengan Haji Agus salim dan mendengarkan petuah dari beliau, Hamka pun memutuskan untuk kembali ke tanah air. Ia sempat menetap di Medan sebelum akhirnya pulang ke kampung halamannya.

Setelah pulang ke kampung halaman, ia menikah dengan Siti Raham pada tanggal 05 April 1929. Bersama Siti Raham ia karuniai 10 anak yang bernama: Zaki, Rusydi, Fakhri, Azizah, Irfan, Aliyah, Fathiyah, Hilmi, Afif, dan Syaqib. Semasa hidupnya beliau banyak melahirkan karya-karya besar seperti Tafsir Al-Azhar, Di Bawah Lindungan Ka’bah dan Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck. Di usia 73 tahun 5 bulan tepat nya pada Hari Jum’at 24 Juli 1981 beliau menghembuskan nafas terakhirnya menyusul orang-orang tersayangnya. Seperti yang disampaikan ke anaknya Rusydi, begitu menyelesaikan naskah 30 juz Tafsir Al-Azhar. “Tugas ayah kini telah selesai, mati pun ayah sudah rela.”

Kontributor: Rizqul Hafidz, anggota CSSMoRA Ma’had Aly As’adiyah Sengkang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *