CSSMoRA – Stres dan depresi adalah dua hal yang saat ini mendapat perhatian lebih dari masyarakat khususnya kalangan muda. Rasa takut, cemas dan gelisah bukan lagi menjadi hal biasa belakangan ini namun menjadi hal yang perlu perhatian khusus.
Stres dan depresi merupakan penyakit kejiwaan berupa perasaan dan pikiran yang tidak stabil. Penderitanya kerap mengalami berbagai gangguan seperti pola tidur, pola makan, pola komunikasi hingga pola konsentrasi.
Beberapa orang kerap kali menggunakan kata “Depresi” apabila dirinya sedang merasa cemas dan gelisah. Namun ternyata stress dan depresi adalah dua hal yang berbeda.
Menurut Hans Sely, seorang ahli fisiologi Universitas Montreal, stres adalah tanggapan tubuh yang sifatnya non-spesifik terhadap tuntutan atasnya. Bilamana tuntutan terhadap tubuh itu berlebihan, maka dinamakan distres.
Stres wajar terjadi pada manusia bahkan menjadi hal alami yang pasti dialami sewaktu-waktu oleh manusia. Stres bisa dirasakan oleh siapa saja. Pelajar, guru, ibu rumah tangga, lansia bahkan dokter bisa merasakan stres karena hakikatnya, setiap manusia pasti memiliki tekanan dan kesulitannya masing-masing.
Sedangkan depresi menurut Gerald C Davison seorang profesor psikologi Universitas Southern California, merupakan kondisi emosional yang biasanya ditandai dengan kesedihan yang amat sangat, perasaan tidak berarti dan bersalah, menarik diri dari orang lain, tidak dapat tidur, kehilangan selera makan, hasrat seksual, dan minat serta kesenangan dalam aktivitas yang biasa dilakukan.
Dilansir dari beberapa jurnal dan artikel, inilah perbedaan antara stres dan depresi:
- Stres akan hilang dalam waktu yang singkat apabila pemicunya sudah hilang. Sedangkan depresi sukar untuk sembuh dalam waktu yang singkat dan harus mendapat perhatian medis lebih.
- Gejala stres berupa perasaan cemas berlebih, jantung yang berdegup tiba-tiba, pusing, gangguan pencernaan, mudah lelah serta sulit tidur. Sedangkan gejala depresi antara lain, sedih berkepanjangan, sering tidur atau sulit tidur, tidak memiliki minat lagi terhadap hal yang disuka, merasa tidak berharga dan cenderung berkeinginan untuk mengakhiri hidup.
- Stres dapat diketahui pemicunya. Sedangkan depresi belum tentu diketahui jelas pemicunya. Bahkan seseorang yang memiliki kehidupan yang baik tidak menjamin bebas depresi.
- Pemicu stres berupa tekanan yang berlebih dalam aktivitas sehari-hari. Seperti tekanan kerja, tugas yang menumpuk, masalah rumah tangga dan aktivitas lainnya. Sedangkan depresi bisa dipicu oleh hormon biologis, trauma masa lalu, kepribadian hingga kesepian.
- Stres memiliki dampak positif terhadap penderitanya yaitu meningkatkan motivasi dan meningkatkan rasa kewaspadaan seseorang. Sedangkan depresi memberikan efek lelah hingga menyiksa bagi penderitanya.
Walaupun memiliki banyak perbedaan, stres dan depresi sama-sama mengganggu fungsi otak dan hati penderitanya. Stres yang berlebihan juga akan memicu depresi pada akhirnya. Maka dari itu, keduanya sama-sama harus diperhatikan karena memiliki dampak besar kedepannya.
Kontributor: Salma Daffa Imania, anggota CSSMoRA Ma’had Aly As’adiyah Sengkang.