Pendidikan Karakter Sebagai Pedoman Generasi Muda Saat Ini

CSSMoRA – Optimalisasi pemberdayaan sumber daya manusia yang ada di Indonesia, dibutuhkan generasi yang dapat membangun sebuah cita-cita dalam rangka mewujudkan Indonesia Emas 2045. Pendidikan merupakan salah satu alternatif dalam upaya meningkatkan kapabilitas yang bertujuan untuk menciptakan karakter dan kepribadian agar dapat ikut serta dalam pembangunan bangsa.

Pada hakikatnya, pendidikan bertujuan untuk: 1) Menjadikan manusia menjadi pintar; 2) Membuat manusia menjadi baik.
Kedua tujuan ini memiliki makna yang luas dalam ruang lingkup pendidikan. Pendidikan juga merupakan sarana yang cukup tepat untuk melakukan suatu perubahan. Oleh karenanya, dalam mewujudkan pembangunan bangsa, generasi saat ini diharapkan menjadi salah satu aktor dalam menjadikan pendidikan karakter sebagai salah satu prioritas pembangunan bangsa.
Proses pengelolaan sumber daya manusia di Indonesia untuk masa yang akan datang, dibutuhkan karakter-karakter yang baik dalam semua lini kehidupan. Karakter merupakan nilai- nilai dalam perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia dan lingkungan yang terwujud dalam pikiran, perkataan, perasaan, perbuatan dan sikap dengan berdasarkan norma-norma agama, hukum, budaya dan adat istiadat. Salah satu faktor penentu keberhasilan proses pendidikan adalah metode yang tepat.
Pendidikan akhlak dan karakter menjadi suatu pondasi bangsa yang sangat penting ditanamkan pada generasi bangsa saat ini. Oleh karena itu model pendidikan karakter bisa dijadikan sebagai pondasi untuk mencapai keberhasilan dalam mendidik generasi saat ini agar dapat diimplementasikan pada kehidupan nyata di tengah masyarakat luas.
Terkait dengan hal ini, pendidikan karakter perspektif al-Qur’an dapat menjadi salah satu metode penanaman dan pengembangan karakter sesuai kaidah dan nilai agama secara universal pada setiap jalur pendidikan. Dengan demikian, penulis berusaha untuk memahami berbagai ayat-ayat al-Qur’an dan penafsiran-penafsiran yang berkaitan dengan pendidikan karakter.
Urgensi Pendidikan Karakter

Sebagai generasi yang akan menentukan nasib bangsa di masa yang akan datang, karakter yang baik harus menjadi kesadaran dan harus mendapatkan dorongan dari berbagai pihak untuk mengekspresikan diri secara luas. Karena dalam membentuk dan membangunnya membutuhkan waktu yang lama dan proses adaptasi dengan lingkungan.
Sistem pendidikan karakter juga ditekankan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 yang dapat dipahami bahwa fungsi pendidikan nasional untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa agar potensi generasi saat ini menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Berakhlak mulia, sehat, berilmu, kreatif, cakap, mandiri, dan menjadi warga negara yang bertanggung jawab.
Secara filosofis, pendidikan karakter merupakan kajian ilmu yang paling rasional dan akurat karena membahas tentang tingkah laku manusia yang tidak luput oleh perubahan zaman. Landasan ini menjadikan makna pendidikan karakter berkenaan dengan perilaku manusia yang didasarkan pada falsafah akhlak. Hal ini dapat digarisbawahi bahwa pendidikan merupakan pengembangan dan penumbuhan segala aspek dalam diri manusia, jasmani maupun rohani, lahir dan batin yang bertujuan untuk mewujudkan manusia yang sempurna.
Pendidikan karakter khususnya di sekolah dapat dimulai dengan bagaimana seorang guru dapat memberikan contoh yang dapat dijadikan sebagai teladan bagi murid dengan diiringi pembelajaran seperti keagamaan dan kewarganegaraan sehingga dapat membentuk suatu individu berjiwa sosial, berpikir kritis, mencintai dan menghargai orang lain serta berbuat adil dalam segala hal. Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa pendidikan merupakan upaya untuk menumbuhkan budi pekerti, pikiran, dan tubuh seseorang.
Dengan ini, karakter dapat dipahami sebagai kondisi rohaniah yang belum selesai. Sehingga memungkinkan untuk dibentuk dan dikembangkan menjadi lebih baik lagi. Karakter manusia pada dasarnya tidak akan merasa puas dengan apa yang dilihat dan dialaminya. Sehingga akan bermunculan berbagai rangsangan akal untuk merenungi secara mendalam terhadap seluruh peristiwa yang terjadi.
Hal ini yang menyebabkan bahwa pendidikan karakter sangat urgent untuk diimplementasikan sebagai upaya dalam membentuk manusia yang sempurna yang memiliki kepekaan sosial, akhlak, dan mampu berperan aktif dalam menciptakan suasana yang damai dan kondusif serta mewujudkan bangsa yang maju dan bermartabat.
Pendidikan Karakter Religius

Islam sebagai basis pendidikan karakter dijadikan sebagai kerangka konsep untuk pengembangan pendidikan karakter. Manusia sebagai subjek dan sekaligus objek dalam pendidikan karakter. Manusia terdiri dari aspek fisik jasmani yakni; kesehatan, kebersihan, kerapian. Pendidikan Islam sesungguhnya bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Hal ini terwujud dalam bentuk pengabdian kepada-Nya. Pengabdian inilah yang kemudian membawa efek positif bagi pembentukan akhlak mulia yang bersumber dari berbagai potensi indrawi yang dimilikinya. Manusia yang terdidik tentu akan memanfaatkan potensi yang dimilikinya dalam membina hubungan yang harmonis dengan sesama dan alam semesta. Indikator manusia yang terdidik adalah terwujudnya kepribadian yang mulia.
Aspek Spiritual berkaitan dengan pengembangan keberagamaan peserta didik yakni keimanan dan ketakwaan. Aspek Emosi berkaitan dengan pengembangan aspek afektif peserta didik yakni; peduli, kreatif, empati. Di samping itu konsep moral dalam ajaran Islam memiliki keterkaitan dengan eksistensi manusia sebagai ahsan fi taqwîm (sebaik-baik bentuk), serta makhluk yang dimuliakan oleh kholiq yang diberikan potensi untuk membedakan antara prilaku yang baik dan buruk.
Secara historis pendidikan karakter merupakan misi utama para rasul, Islam hadir sebagai gerakan untuk menyempurnakan akan karakter. Sejak abad ke-7 secara tegas Rasulullah Muhammad SAW. Menyatakan bahwa tugas utama dirinya adalah untuk menyempurnakan akhlak (karakter).
Dalam hal kurikulum, implementasi pendidikan karakter dilakukan dengan adanya mata pelajaran tambahan berupa Fiqh, Al Qur’an, Akhlak, Bhs. Jawa dan Prakarya. Kemudian dalam kurikulum yang bersifat kokurikuler dilaksanakan studi club. Semua kegiatan ini diarahkan untuk pembentukan karakter peserta didik seperti kesadaran sebagai hamba Allah, disiplin, tanggung jawab, teliti, percaya diri, istiqamah, sabar, tekun, konsisten, ulet, menghargai serta menjaga/melestarikan nilai yang terdapat pada hal klasik yang baik dan relevan, menghargai orang lain, cinta tanah air, sopan dan santun/bersahaja, kreatif, bersih, rapi, kerja keras dan peduli.
Dalam hal pembiasaan implementasi pendidikan karakter dilakukan dengan adanya shalat dhuha, tadarus al Qur’an, jama’ah shalat dzuhur, kultum, bakti sosial, shalawatan. Kegiatan ini menumbuhkan karakter disiplin, kebersamaan, tanggung jawab, peduli, kesadaran sebagai hamba Allah, keinginan untuk berbuat baik, ikhlas, sabar dan cinta Rasul.
Dalam tulisan ini penulis menyimpulkan bahwa internalisasi nilai-nilai al-Qur’an dalam manajemen pendidikan karakter dapat membentuk kondisi kejiwaan atau karakter seseorang menjadi sempurna (al-Insan al-kamil). Hal ini dirasa sangat penting untuk dilakukan, karena selain untuk membumikan agama dan menginternalisasikan al-Qur’an dalam setiap jiwa masyarakat Indonesia, pembentukan karakter berbasis al-Qur’an juga akan menambah wawasan intelektual yang semakin luas dan tentunya akan selalu berkembang seiring dengan perubahan zaman.
Untuk menginternalisasikan nilai-nilai Qur’ani dalam pendidikan karakter tersebut, dilakukan melalui manajemen pendidikan karakter dalam perspektif al-Qur’an dengan mengintegrasikan faktor internal dan faktor eksternal seseorang dengan menjadikan Islam sebagai inti nilai-nilai etika. Tulisan ini juga memperlihatkan bahwa dalam membangun karakter anak atau peserta didik, pendidikan sementara ini masih mengedepankan aspek kognitif, padahal aspek ini bukanlah satu-satunya jalan untuk dapat menciptakan dan mengembangkan karakter seseorang.

_______

Kontributor: Zaim Mahmudy Mujahid, CSSMoRA UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *