Era globalisasi dewasa ini mempengaruhi perkembangan sosial budaya masyarakat muslim Indonesia umumnya atau pendidikan Islam termasuk pesantren. Proses globalisasi tidak lagi bersumber dari Timur Tengah, melainkan dari Barat, yang terus memegang supremasi dan hegemoni dalam berbagai kehidupan masyarakat dunia. Globalisasi yang bersumber dari barat ini tampil dengan watak ekonomi politik dan sains teknologi.
Dominasi dan hegemoni dari bidang ini tidak hanya mempengaruhi bidang-bidang ekonomi dan sains teknologi, tetapi juga bidang-bidang intelektual, sosial, nilai-nilai, norma, gaya hidup dan seterusnya. Globalisasi hamburger atau pizza tidak hanya ekspansi ekonomi, tetapi juga gaya hidup yang menimbulkan perubahan pola jenis makanan yang dikonsumsi masyarakat.
Perubahan ini menimbulkan pengaruh dalam pola kesehatan masyarakat, makanan yang sejatinya memberikan manfaat untuk tubuh justru menimbulkan berbagai macam jenis penyakit. Hal ini menjadi kekhawatiran para ahli kesehatan di Indonesia dengan menyebarnya makanan cepat saji di wilayah-wilayah tertentu. Hal yang sama juga terlihat dalam sistem Pendidikan Nasional Indonesia yang dipengaruhi model-model Pendidikan Barat.
Pondok Pesantren sebagai salah satu lembaga pendidikan yang telah hadir sejak zaman dahulu memiliki peran dalam mengurangi ekspansi model pendidikan barat di era revolusi industri 4.0 karena pada revolusi ini manusia seakan di nina bobok kan dengan kenyamanan hidup instan, disibukkan dengan kehidupan duniawi dan jauh dari orientasi akhirat.
Sistem pendidikan tradisional yang diterapkan hampir semua pondok pesantren menjadi tantangan dalam menyongsong era revolusi industri 4.0. Pendidikan yang berkembang di pondok pesantren umumnya berkaca dari hasil-hasil yang pernah dicapai di masa lampau dan dipaksakan untuk diterapkan pada sistem pembelajarannya. Padahal jika dilihat dari tingkat relevansinya, belum tentu sesuai dengan zaman sekarang yang tidak bisa terhindar dari teknologi. Maka jelaslah di sini bahwa perlunya mengkaji ulang metode pembelajaran di pondok pesantren yang relevan dalam menghadapi era revolusi industri 4.0.
Posisi pondok pesantren sebagai pusat lembaga yang berbasis agama Islam seyogyanya mampu menempatkan dirinya menjadi agen perubahan masyarakat, bukan malah sebaliknya. Hal ini mengindikasikan Islam adalah agama yang rahmatan lil’alamin, tidak anti terhadap perubahan dan perkembangan sepanjang perubahan itu tidak bertentangan dengan syariat Islam.
Pendidikan pesantren harus melakukan upaya rekonstruksi pemahaman terhadap ajaran-ajarannya agar tetap eksis dan relevan serta tidak terkena dampak perubahan budaya yang pada akhirnya dapat menutup perkembangan ilmu pesantren. Bahkan pesantren harus mampu mewujudkan sistem pendidikan yang berbasiskan keseimbangan antara hubungan dunia dan akhirat yakni sistem yang memadukan akar tradisi dan modernitas. Apabila proses ini mampu dilaksanakan, maka hubungan pesantren dengan dunia luar pesantren akan berjalan dengan baik. Tetapi jika tidak, maka pesantren akan mati dengan sendirinya karena tergilas oleh laju arus perubahan dan modernisasi.
Ketika pondok pesantren tidak mau beranjak ke modernitas, dan hanya berkutat dan mempertahankan tradisi pengajarannya yang khas tradisional, dengan pengajaran yang bermuatan Al-Qur’an dan Hadist serta kitab-kitab klasik, tanpa adanya pembaharuan metodologis, maka selama itu pula pesantren harus siap ditinggalkan oleh masyarakat.
Namun, dalam proses perubahan tersebut, pondok pesantren dihadapkan pada keharusan merumuskan kembali sistem pendidikan yang di selenggarakan. Di sini, pesantren tengah berada dalam proses pergelutan antara “identitas dan keterbukaan”. Di satu pihak, pesantren di tuntut untuk menemukan identitasnya kembali sebagai lembaga pendidikan Islam. Sementara di pihak lain, ia juga harus bersedia membuka diri terhadap sistem pendidikan modern yang bersumber dari luar pesantren. Salah satu agenda penting pesantren dalam kehidupan dewasa ini adalah memenuhi tantangan modernisasi yang menuntut tenaga terampil di sektor-sektor kehidupan modern. pesantren diharapkan mampu menyumbangkan sumber daya manusia yang dibutuhkan dalam kehidupan modern. Mempertimbangkan proses perubahan di pesantren, tampaknya bahwa hingga dewasa ini pesantren telah memberi kontribusi penting dalam menyelenggarakan pendidikan formal dan modern. Hal ini berarti pesantren telah berperan dalam perkembangan dunia pendidikan di Indonesia. Meskipun demikian, dalam konteks peningkatan mutu pendidikan dan perluasan akses masyarakat dari segala lapisan sosial terhadap pendidikan, peran pesantren tidak hanya perlu ditegaskan, tetapi mendesak untuk dilibatkan secara langsung.
Pondok pesantren harus merespon dengan baik perihal tantangan sistem pendidikan pesantren di era revolusi industri ini. Agar kedepan lulusan pesantren akan mengabdikan diri sebagai pembaharu dan modernis Islam serta membentuk dunia modern khususnya Indonesia dengan nafas Islam yang dibawanya dari pondok pesantren.
Mantan Wakil Presiden RI ke 10 dan 12 H.M Jusuf Kalla mengatakan bahwa pondok pesantren berperan sangat penting dalam menentukan masa depan bangsa Indonesia. “Pondok pesantren memiliki pengaruh besar bagi kemajuan bangsa Indonesia. Sehingga jika pendidikan Islam berbasis asrama dikelola dengan baik, maka akan meningkatkan mutu pendidikan Indonesia,” kata JK dikutip dari Republika.co.id dalam Pembukaan Konferensi Internasional Pengasuh Pondok Pesantren se-Asia Tenggara di Pondok Pesantren Darunnajah Jakarta 7 November 2022.
Kontributor: Nurfahmi Afrian ( Anggota BSO Moragister Universitas Islam Malang)