5 Alasan Urgensi Santri Sebagai Agent of Change Masa Kini

“Santri itu bisa apa sih?. Kan cuman tau tentang agama aja. Mana mungkin bisa menjadi orang yang berpengaruh”. Pertanyaan sekaligus pernyataan yang sering dilayangkan masyarakat awam terhadap eksistensi kaum santri. Pada masa sekarang ini, hampir seluruh masyarakat Indonesia bahkan dunia khususnya kaum muslim mengenal istilah santri sendiri. Apalagi dengan ditetapkannya tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri oleh Presiden RI Joko Widodo pada tahun 2015 dan disahkannya Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang Pesantren menjadi Undang-Undang (UU) melalui Rapat Paripurna DPR yang berlangsung pada 24 September 2019, semakin menguatkan eksistensi santri sebagai elemen penting dalam pendidikan dan sosial masyarakat Indonesia.

Lantas siapa santri itu? Santri dikenal khalayak sebagai istilah dari para penuntut ilmu agama di pondok pesantren. Menurut KBBI, santri adalah orang yang mendalami agama Islam atau orang yang beribadat dengan sungguh-sungguh; orang yang saleh.

Nur Kholis Madjid menyatakan setidaknya ada dua pendapat asal-usul dari kata santri. Pendapat pertama adalah santri berasal dari kata sastri dari bahasa sansekerta yang memiliki arti melek huruf. Pendapat ini ia kemukakan dengan berdasarkan kepercayaan orang jawa bahwa santri merupakan kaum literasi yang mengkaji agama secara mendalam dari kitab-kitab kuning yang berbahasa arab.

Pendapat yang kedua dari Zamakhsyari Dhofier yang mengatakan kata santri berasal dari bahasa India yang memiliki arti orang yang tahu buku-buku suci agama Hindu, atau seorang ahli kitab suci agama Hindu. Atau secara umum dapat diartikan sebagai buku-buku suci, buku-buku agama dan buku-buku tentang ilmu pengetahuan.

Kiayi Musthofa Bisri melontarkan pendapat pribadinya tentang santri bahwa “Santri bukan hanya yang mondok saja, tetapi siapapun yang memiliki akhlak seperti santri maka dialah santri”. Berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapat digeneralisasi bahwa santri merupakan setiap orang yang sedang belajar dengan sungguh-sungguh untuk mendalami imu-imu agama Islam. Sangat disayangkan sekali banyak yang mengenal istilah dari santri, namun tidak semua mengetahui kontribusi yang bisa dilakukan oleh para santri. Stigmasisasi santri hanya tahu tentang agama dan pengaruhnya tidak akan jauh dari sana sangat salah sekali, karena banyak bukti empiris saat ini bahwa santri mampu berkiprah lebih jauh lagi dan mampu menjadi agent of change ditengah sosial masyarakat Indonesia. Berangkat dari keresahan tersebut, maka penulis mencoba menyajikan 5 alasan urgensi santri sebagai agent of change masa kini: Adaptif Ketika hidup di pondok pesantren dengan kondisi sosial yang majemuk, santri banyak belajar tentang cara beradaptasi dengan baik, mulai dari adaptasi dengan orang-orang baru sampai pada lingkungan yang baru. Sehingga ketika santri terjun langsung ke masyarakat nanti akan meminimalisir shock culture terhadap dirinya maupun masyarakat sekitarnya dan mampu menjadi mediator di tengah permasalahan sosial yang dihadapinya.

Hemat penulis, santri dimanapun ditaruh dan ditugaskan mampu beradaptasi dengan mudah dan menyelesaikan masalah dengan cepat. Santri dituntut untuk hidup mandiri ketika masih mengenyam pendidikan di pondok, dituntut untuk mengurus pribadi masing-masing tanpa menyusahkan orang lain di sekitarnya. Sehingga, dari tuntutan tersebut akan berpengaruh bagi kehidupan nyata nanti, dan santri mampu mengurus diri sendiri baik dari kebutuhan pribadinya bahkan kebutuhan orang lain, tidak merepotkan orang lain untuk mengurus dirinya. Ini merupakan salah satu softskill yang berpengaruh terhadap perubahan positif di kehidupan sosial masyarakat. Solutif Dalam dinamika kehidupan tentunya banyak permasalahan yang dihadapi, begitupun dengan santri yang hidup di sekat-sekat ruang yang terbatas dengan masalah yang tak terbatas. Mereka berusaha mencari jalan keluar atau solusi yang efektif dari permasalahan yang dihadapi di pondok, dimana mereka dibatasi oleh ruang dan waktu yang sedikit sempit. Sehingga para santri dituntut berfikir keras untuk menyelesaikan masalah yang mereka hadapi. Proses ini akan berdampak bagi kehidupan selanjutnya, santri menjadi terbiasa mencari jawaban dari masalah dirinya maupun masalah orang lain.

Disiplin Pondok pesantren identik dengan programnya yang sangat padat, mulai dari bangun tidur sampai tidur lagi, semuanya diatur dengan sangat kompleks dan rinci. Sehingga santri di dalamnya harus pandai dan cekatan untuk mengatur waktu sebaik mungkin untuk menjalankan aktivitas tanpa kehilangan satupun dari aktivitas tersebut. Tentunya disiplin sejak dini akan menjadi sebuah sebiasaan yang baik selanjutnya, baik bagi diri pribadi maupun orang lain di sekitar kita.

Memiliki jiwa sosial yang tinggi dalam menjalani kehidupan sebagai makhluk sosial, kita tidak lepas dari yang namanya interaksi sosial. Mudah berinteraksi dengan kondisi sosial di sekitar merupakan skill yang sangat dibutuhkan dan memiliki tingkat pengaruh yang tinggi. Santri ketika hidup di pondok selalu diajarkan untuk selalu berempati dan bersimpati pada isu-isu sosial di sekitarnya, dan dipaksa oleh lingkungan untuk selalu berinteraksi, sehingga sudah menjadi sebuah kebiasaan yang posisitf bagi santri untuk menjalani kehidupan bermasyarakat yang lebih luas dan membangun jaringan (tali silaturrahmi) dengan mudah.

Berangkat dari beberapa alasan dasar tersebut dapat kita simpulkan bahwa santri memiliki peran yang sangat berpengaruh dalam berkontribusi untuk perubahan sosial yang lebih baik di masa saat ini, karena beberapa skill yang telah disebutkan di atas sudah jarang ditemukan di dalam diri masyarakat Indonesia khususnya bagi para penerus bangsa dan penerus pemimpim bangsa Indonesia.

Penulis : Khidrian ArfiansyahInstitusi, CSSMoRA UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta angkatan 2021

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *