CSSMoRA – Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Direktorat Jenderal Pendidikan Islam menggelar acara Multaqa Ulama Al-Qur’an Nusantara 2022 yang bertajuk pada “Pesan Wasathiyah Ulama Al-Qur’an Nusantara” dan bertempat di Pondok Pesantren Al-Munawwir, Krapyak, Yogyakarta pada Selasa-Kamis (15-17/11/2022).
Acara yang diikuti sekitar 340 peserta terdiri dari para ulama Al-Qur’an nusantara, pengasuh pondok pesantren, akademisi dan praktisi perguruan tinggi Islam serta peneliti Al-Qur’an baik dari dalam maupun luar negeri. Acara yang berlangsung selama tiga hari tersebut memiliki beberapa agenda, yakni; hari pertama, pembukaan acara. Hari kedua, paralel Multaqa yang terbagi menjadi lima materi dan Lailatul Qur’an bersama tiga narasumber. Hari ketiga, refleksi dan tindak lanjut dari acara tersebut serta penutup acara.
Dalam sambutan PD Pontren selaku penyelenggara, Prof. Dr. waryono Abdul Ghafur menyampaikan alasan dipilihnya Pesantren Al-Munawwir sebagai tuan rumah penyelenggaraan Multaqa Ulama Al-Qur’an Nusantara yang pertama tersebut, yaitu menjadi momentum pertemuan ulama-ulama Al-Qur’an yang berbasis pesantren maupun perguruan tinggi.
“Dari keduanya itu, kami telah menjumpai banyak data tentang berbagai metode pembelajaran Al-Qur’an yang dipermudah. Metode-metode itu telah dikompilasikan oleh Kemenag dan merupakan inovasi dalam pembelajaran kitab suci ini.” Ungkapnya.
Pengasuh Pesantren Al-Munawwir, KH. Hilmy Muhammad dalam sambutannya mengungkapkan bahwa di antara tantangan yang dihadapi saat ini adalah bagaimana cara mengajarkan membaca Al-Qur’an dan memahaminya dengan baik.
“Al-Qur’an adalah panduan umat Islam, maka bagaimana memasyarakatkan Al-Qur’an merupakan tugas kita bersama. Kita berharap kurikulum agama di lembaga pendidikan ditambah agar anak didik kita bisa membaca Al-Qur’an dan memahaminya minimal sedikit-sedikit.” Ucapnya.
Selanjutnya, acara yang digelar di pesantren Al-Munawwir tersebut semakin terasa khidmat dengan sampainya agenda acara puncak yakni Lailatul Qur’an. Hadir sebagai narasumber, Prof. Dr. Said Agil Husin Al-Munawwar dan KH. Baha’uddin
Nursalim atau yang kerap kita sapa Gus Baha’ serta Prof. Dr. M. Quraish Shihab yang hadir secara daring.
Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Muhammad Ali Ramdhani memberikan
apresiasi terhadap acara perdana tersebut. Secara khusus ia menyampaikan terimakasih kepada Pesantren Al-Munawwir yang telah bersedia menjadi tuan rumah.
“Pesantren Al-Munawwir adalah tempat para penghafal Al-Qur’an. Kami
mengucapkan terimakasih kepada Pesantren Al-Munawwir yang telah bersedia menjadi tuan rumah acara ini.” Ucap Kang Dhani, panggilan akrabnya di acara tersebut. Ia juga berharap kehadiran para ulama Al-Qur’an di acara tersebut dapat memberikan pencerahan kepada masyarakat luas agar selalu berada di jalan yang benar.
“Apalagi, tahun depan kita menghadapi tahun politik, bimbingan guru-guru
kita sangat diperlukan.” Harapnya.
Pada penutupan Multaqo tersebut, Kang Dhani menyampaikan poin rekomendasi yang dihasilkan dari Multaqa.
“Di tengah heterogenitas kehidupan masyarakat Indonesia, perlu diarusutamakan wasathiyah sebagai metode berpikir, bersikap dan beraktivitas sehari-hari sehingga terwujud keberagaman yang moderat, toleran, ramah, dan rahmah di tengah kebhinekaan Indonesia. Saya kira, enam butir rekomendasi Multaqa Ulama
Al-Qur’an Nusantara ini sangat penting, dan tentu ini menjadi catatan bagi kita semua khususnya dalam hal ini Kementerian Agama untuk berbuat yang terbaik demi kemaslahatan pendidikan Al-Qur’an di Indonesia.” Ucapnya, Kamis (17/11/2022).
Berikut enam poin rekomendasi Multaqa Ulama Al-Qur’an Nusantara 2022:
1) Pemerintah Indonesia, khususnya Kementerian Agama perlu terus
memberikan perhatian penuh kepada upaya peningkatan pelayanan,
pengawasan dan evaluasi pendidikan Al-Qur’an, baik dari sisi bacaan,
hafalan dan implementasinya di tengah masyarakat.
2) Di tengah heterogenitas kehidupan masyarakat Indonesia, perlu
diarusutamakan wasathiyah sebagai metode berpikir, bersikap dan
beraktivitas sehari-hari. Sehingga terwujud keberagaman yang
moderat, toleran, ramah dan rahmah di tengah kebhinekaan Indonesia.
3) Melihat antusiasme masyarakat Indonesia dalam mempelajari dan
mendirikan lembaga pendidikan Al-Qur’an, Kementerian Agama
khususnya Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren, perlu segera menindaklanjuti usulan revisi Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Keagamaan yang salah satunya mengatur tentang penjenjangan Pendidikan Al-Qur’an di
Indonesia mulai tingkat dasar hingga tinggi.
4) Desain kurikulum Pendidikan Al-Qur’an perlu disusun secara berjenjang dan berkesinambungan dengan memuat materi kekhususan ilmu-ilmu Al-Qur’an ditambah dengan wawasan kebangsaan,
keagamaan, dan isu-isu global dalam bingkai wasathiyah Islam.
5) Melihat fungsi sanad yang sangat penting bagi verifikasi data dan
keabsahan jalur keilmuan, maka lembaga-lembaga pendidikan AlQur’an perlu memperhatikan ketersambungan sanad, baik dari sisi bacaan, pemahaman, maupun pengamalan. Kementerian Agama juga perlu memfasilitasi proses dokumentasi dan pencatatan jalur sanad
keilmuan ulama Al-Qur’an di Indonesia.
6) Mengimbau kepada masyarakat, khususnya orang tua, para pendidik
dan pengelola lembaga pendidikan Al-Qur’an agar menanamkan ajaran
Al-Qur’an secara komprehensif, mendalam dan moderat sebagaimana
pernah dilakukan para ulama pendahulu, sehingga Al-Qur’an benar-benar dapat menjadi petunjuk bagi umat, bangsa dan semesta.
Di penghujung acara, KH. R. Abdul Hamid mengingatkan tiga ayat yang perlu
diperhatikan santri. Ayat tersebut harapannya mampu memberi dorongan semangat bagi para santri Al-Qur’an dan walinya.
Selain itu, Kiai Hamid menyetir satu syair yang indah dari Imam Syatibi, “Hai
orang tua, tidak perlu sakit hati, semangatilah anak-anakmu mempelajari Al-Qur’an.
Beruntungnya orang tua yang anak-anaknya belajar Al-Qur’an.”
Pewarta: Ima Nur Diana, Kominfo Nasional CSSMoRA