Kematian Santri Gontor dan Bagaimana Agar Tidak Terjadi Lagi

Telah terjadi tragedi memilukan di Pondok Pesantren Darussalam Gontor. Seorang santri meninggal dianiaya senior karena kesalahpahaman antara korban dan pelaku lantaran masalah kekurangan alat di perkemahan. Dan jelas ini adalah tindakan tidak terpuji (kriminal) apalagi bagi lembaga pendidikan yang kental akan pengkajian ilmu-ilmu agama (Islam).


Sehingga, muncul stigma di masyarakat bahwa pesantren adalah penjara suci. Tidak salah juga karena sudah menjadi rahasia umum hukuman bentuk kekerasan itu lekat di pesantren meskipun beberapa pesantren yang melakukan atau mempraktikkan hukuman seperti ini. Bagaimana pesantren menghilangkan stigma penjara suci itu karena hukuman-hukuman kekerasan sebetulnya tidak patut untuk diterapkan.


Dan kalau masih ada tindakan memukul di beberapa pesantren dengan motif mendisiplinkan sebagai bagian dari tradisi pendidikan, sudah saatnya untuk ditransformasikan ke sistem yang lebih edukatif. Karena kalau tidak nantinya akan menjadi ruang untuk tindakan-tindakan kekerasan bagi oknum yang tidak bertanggung jawab. Langkah solutif yang harus diambil pihak pesantren adalah memperkuat sistem pengawasan terhadap aktivitas santri. Salah satunya melalui penegasan aturan serta konsekuensinya.


Terlepas dari itu pondok pesantren tetaplah lembaga pendidikan yang menjadi pusat pengkajian ilmu-ilmu Islam di tengah kehidupan masyarakat yang mengajarkan akhlakul karimah, ketawadukan, saling menghargai, sopan santun dan lainnya. Tindakan kriminal yang terjadi di pesantren sangat kecil persentasinya dibandingkan kebermanfaatan yang muncul dari eksistensi dan kontribusi pesantren baik itu di dibidang pendidikan apalagi sosisal-keagamaan. Intinya, tindakan kriminal tidak dibenarkan oleh ajaran kepesantrenan dan itu hanya dilakukan oleh segelintir orang yang tidak bertanggungjwab. Maka salah satu solusinya adalah peningkatan pengawasan.
Di pesantren yang notabenenya diajarkan agama saja terjadi kekerasan hingga meninggalnya seorang anak. Kenapa mereka juga tidak mempertimbangkan sekolah-sekolah yang ada di luar? Karena kasus ini tidak hanya terjadi di pesantren namun di sekolah umum pun terjadi kekerasan seperti tawuran bahkan tidak sedikit korban meninggal akibat tawuran.

Ini sejalan dengan harapan Ibu Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) saat diwawancarai awak media usai melakukan kunjungan ke Gontor. Usai kunjungan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak menyebut pihak Gontor sudah berkomitmen mewujudkan perlindungan anak dan menjadi pesantren yang cinta pada santri. Kita ketahui bersama bahwa Gontor menjadi sorotan usai seorang santri tewas dianiaya senior. Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak menyebut bahwa mereka sudah mempunyai SOP. Bagaimana satuan pendidikan baik sekolah, pesantren atau madrasah untuk mewujudkan sekolah, pesantren, dan madrasah ramah anak. Mudah-mudahan harapan kami SOP ini diikuti sehingga satuan pendidikan bisa memberikan tempat dan nyaman bagi anak-anak.

Ditulis oleh Salma Daffa Immania, KOMINFO Nasional CSSMoRA.

4 Komentar


  1. Muslim adalah sodara bagi sesama muslim. Ada pepatah jawa mengatakan “tega larane ora tega patine”. Setega-teganya seseorang sama saudaranya tidak akan pernah tega untuk membunuhnya. Apalagi kita orang indonesia yang lemah lembut, tidak akan memungkiri pepatah diatas. Kondisi geografis tidak sedingin eropa dan tidak sepanas timur tengah. Itulah yang membuat orang indonesia menjadi orang yang lemah lembut.
    Mungkin tidak bermaksud membunuh, hanya saja pengetahuan tentang pukul memukul itu tidak diketahui.
    Di pondok harus diajarkan mana yang boleh dipukul mana yang tidak boleh dipukul, ada pukulan pendidikan ada juga pukulan penganiayaan.

    Balas

  2. kalau berkenan mau memberi masukan. sebagaimana santri yang harus bangga dengan almamater (pondok pesantren), hendaknya tidak begitu saja men-judge kalau pondok lekat dengan kekerasan seperti yang ditulis pada paragraf dua. mungkin ditulisan berikutnya dapat memakai sudut pandang santri-santri terhadap suatu isu dan bagaimana cara menyikapinya daripada melabeli atau men-judge sesuatu itu. cmiiw…

    Balas

  3. Saya tiga tahun menjadi pengurus di sebuah pesantren, dengan pengalaman saya (mentakzir) bukan dengan kekerasan, tapi ditakzir dengan sesuatu yang menimbulkan efek jera, seperti di permalukan tapi tidak merendahkan harga diri mereka.
    Karna kekerasan tidak bisa menyelesaikan permasalahan, saya sangat setuju kalau hukuman di sebuah lembaga pendidikan tidak melibatkan kekerasan fisik, tapi sentuhlah hatinya maka dia akan nurut dengan sendirinya.

    Balas

  4. Pertama’ perlu kita ketahui y, bahwa sebaik apapun kelompok atau lembaga itu pasti akan ada salahnya , nah jika terkait kejadian yg tejadi barusan ini, yakni yg menimpa pondok pesantren Gontor, tidak bisa serta merta
    di generalisir atau di simpulkan bahwasanya kejadian tersebut adalah gambaran dari tempat tersebut selama ini atau juga di disimpulkan bahwa Sanya kejadian tersebut sering terjadi.

    Yg kedua, terkait isu soal akan adanya penutupan atau pencabutan surat izin pondok tersebut , dengan alasan karna kejadian ini, menurut saya jikalau memang ancaman tersebut benar adanya, maka ini adalah suatu tindakan yg sangat salah, dan saya sangat berharap hal tersebut tidak benar terjadi . Karna jika dipikir kembali dengan otak dan hati yg bersih, maka sangat jelas terlihat betapa besarnya manfaat dari pondok tersebut bagi anak-anak bangsa Indonesia.

    Yg ketiga, perlu di catat bahwasanya pondok tersebut mempunyai santri yg jumlahnya ribuan orang, yg tidak mungkin dapat di awasi setiap detik,menit dan jamnya, serta apa kegiatan atau pekerjaan dari salah satu santri di setiap harinya, ya kita tdk dapat menapikan bahwa Sanya salah satu penyebab dari kejadian ini ialah akibat kelalaian dari pengurus pondok tersebut, Tapi untuk menutup pondok tersebut, ohh nooooooo……..”’😕 saya sebagai alumni pondok pesantren sangat tidak setuju, dan kalau mau ke jalur hukum, maka tuntutlah pelakunya, bukan malah memojokkan pondok nya.

    Terakhir Semoga kejadian ini jadi pelajaran bagi pengurus lembaga atau pondok tersebut untuk berbenah ke depannya agar tidak terulang kembali. Thanks 🍉

    Balas

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *